Wahai yang Berselimut, Bangunlah


Segala puji bagi Allah Al-Haqq, tuhan Yang Maha Benar, yang sempurna dalam setiap kebenaran-Nya, yang mustahil bagi-Nya menipu dan salah. Shalawat serta salam kepada hamba-Nya yang setia, pembawa risalah terakhir, rasulullah Muhammad, serta para sahabat dan siapa yang meneladaninya hingga hari kiamat.
Allah SWT dalam firman-Nya sering kali mengajak manusia untuk bangkit dari kelalaian, dari kesedihan, dari kemalasan, dan dari keterpurukan. Ajaran Islam bukan hanya bicara tentang keyakinan di dalam hati, tapi juga tentang aksi nyata untuk menegakkan kebaikan dan membela kebenaran. Di antara ayat yang penuh seruan untuk bangkit dan bertindak adalah ayat-ayat awal dari dua surat agung dalam Al-Qur’an, yakni Al-Muzammil dan Al-Mudatsir, keduanya juga sama-sama bermaksud orang yang berselimut atau bersembunyi secara majas.
Allah membuka Surah Al-Muzammil dengan panggilan penuh kelembutan namun sarat makna: “Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya).” (QS. Al-Muzammil: 1–2)
Ayat ini merupakan panggilan langsung kepada Rasulullah SAW dan secara umum kepada semua orang beriman agar tidak terus terdiam atau terbungkus dalam kenyamanan. Seruan “wahai yang berselimut” mengisyaratkan bahwa ada saatnya kita perlu menenangkan diri, tetapi ada saat yang lebih penting untuk bangkit dan menunaikan tugas besar, yakni membela kebenaran dan menyampaikan risalah.
Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk bangun di malam hari, membaca Al-Qur’an secara perlahan dan merenunginya dalam ketenangan malam. Karena malam adalah waktu yang penuh keheningan, tempat terbaik untuk menyerap cahaya Al-Qur’an ke dalam hati. Al-Quran sendiri Allah tekankan sebagai perkataan yang berat, bukan berat dalam artian susah dipahami, tetapi berisi tentang hikmah kebenaran, berisi tentang qadr (ketentuan-ketentuan Allah) yang disampaikan kepada manusia.
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS. Al-Muzammil: 5)
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, melainkan amanah yang agung. Membaca Al-Qur’an bukan hanya menghafalnya, tetapi memikulnya, memahami maksudnya, dan menghidupkannya dalam kehidupan nyata. Ia adalah kalimat-kalimat Allah yang membawa kebenaran mutlak, dan menuntut komitmen dan perjuangan dari para pembawanya.
Dari sinilah awal perjuangan dimulai: membaca Al-Qur’an dengan hati yang terjaga, membacanya pada waktu yang syahdu, lalu menghidupkan maknanya dalam perilaku, dakwah, dan pembelaan terhadap kebenaran. Orang-orang yang mau bangkit dari “selimut” keterpurukan dan kenyamanan duniawi inilah yang Allah bimbing dan kuatkan.
Demikian pula dalam Surah Al-Mudatsir, Allah kembali memanggil Rasul-Nya dengan kalimat yang sangat serupa: “Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan!” (QS. Al-Mudatsir: 1–2)
Seruan ini lebih dari sekadar membangunkan tubuh, ini adalah panggilan untuk membangunkan jiwa. Bangkit untuk menasihati umat, mengingatkan manusia akan akhirat, menyeru pada kebaikan dan memperingatkan dari kebinasaan. Ayat ini adalah awal dari gerakan. Bangunlah… dan bertindaklah!
Selanjutnya, Allah memerintahkan untuk menyucikan diri, menjauhi kekotoran, dan bersabar: “Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan jangan kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Mudatsir: 3–7)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa perjuangan menegakkan kebenaran bukanlah pekerjaan ringan. Ia membutuhkan kesiapan spiritual, kebersihan niat, dan kesabaran yang luar biasa. Sebab yang kita hadapi bukan hanya manusia, tapi juga godaan hawa nafsu, ketakutan, dan rayuan dunia.
Dalam Surah Al-Mudatsir pula, Allah menggambarkan bagaimana sikap manusia terhadap kebenaran. Ada yang tunduk dan berjuang, dan ada pula yang berpaling dan mencemooh. Allah mengecilkan mereka yang sombong dan menganggap remeh risalah kebenaran.
“Karena sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?” (QS. Al-Mudatsir: 18–19)
Allah menunjukkan bahwa orang yang menolak kebenaran dengan kesombongan dan perhitungan duniawi akan binasa. Sedangkan mereka yang berserah diri dan bangkit dalam dakwah, Allah janjikan keberkahan.
Sungguh, membela kebenaran adalah tugas mulia. Namun, ia tidak akan bisa dilakukan oleh orang-orang yang masih berselimut dalam kenyamanan dunia. Ia hanya bisa dipikul oleh mereka yang bersedia bangun, membersihkan diri, dan menempuh jalan yang penuh tantangan. Tidak peduli apakah mereka muda ataupun tua, siapa saja yang menjawab panggilan Allah untuk membela kebenaran maka Allah akan siapkan keberkahan untuk menempuh jalan tersebut.
Sedangkan mereka yang menyepelekan mereka yang berjuang, Allah tunjukkan bagaimana mereka mulut mereka tak habis-habis untuk berkata untuk melemahkan dan mengecilkan mereka yang berjuang, sedangkan tangannya tidak habis-habis untuk menghalangi-halangi mereka yang menunaikan amanah. Maka yang menyepelekan ini perlu bertanya ke dalam hatinya, apakah dia berjuang untuk Allah dan Rasul-Nya ataukah dia berjuang untuk ambisi dirinya mengatasnamakan keluarga ataupun kelompoknya. Orang-orang seperti ini merugi, dan Allah memberikan mereka ujian waktu untuk berputar-putar dalam kebingungan mereka.
Sebagai orang mukmin yang meyakini kebenaran, mari kita jadikan seruan Allah ini sebagai panggilan untuk jiwa kita. Sampaikan kepada hati kita, tekadkan secara mendalam: “Wahai diri , jangan terus berselimut dalam kesibukan dunia. Bangkitlah. Bacalah Al-Qur’an, pahami, dan amalkan. Bangunlah, berilah peringatan, ajak manusia pada jalan Allah. Bersihkan dirimu, niatkan untuk Tuhanmu, dan bersabarlah di jalan ini.
Karena Al-Quran adalah kitab hikmah, kitab yang mulia yang diturunkan pada malam dimana takdir-takdir Allah ditetapkan. Siapa saja yang mencari dan mempelajari kebenaran dari Al-Quran maka dia sedang menjemput keberkahan pengetahuan akan kebenaran dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang menyambut seruan Allah dengan bangkit membela kebenaran. Jangan tunggu waktu sempurna, karena panggilan ini datang kepada siapa pun yang mau bersiap. Wahai yang berselimut, bangunlah. Waktumu untuk membawa cahaya itu telah tiba.
Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250330-wahai-yang-berselimut-bangunlah