Kolom

Menjaga Konsistensi dalam Kebenaran

Segala puji bagi Allah Al-Haqq, tuhan Yang Maha Benar, yang sempurna dalam setiap kebenaran-Nya, yang mustahil bagi-Nya menipu dan salah. Shalawat serta salam kepada hamba-Nya yang setia, pembawa risalah terakhir, rasulullah Muhammad, serta para sahabat dan siapa yang meneladaninya hingga hari kiamat.

Melakukan hal yang benar bukanlah perkara yang mudah. Ia membutuhkan kesungguhan, tekad, dan pengorbanan. Dalam Islam, berusaha untuk tetap berada di jalan kebenaran adalah bagian dari jihad, perjuangan yang luhur untuk menegakkan yang haq dan menolak yang batil. Kebenaran sering kali tidak populer, tidak menguntungkan secara duniawi, dan bahkan berisiko. Namun demikian, ia adalah jalan keselamatan di dunia dan akhirat.

Konsistensi dalam membela kebenaran harus dimulai dari dalam hati. Hati adalah pusat niat, keyakinan, dan ketulusan. Jika hati telah yakin terhadap kebenaran, maka segala tindakan akan mengikuti arah itu. Maka kita patut berdoa semoga Allah lunakkan hati kita menerima kebenaran dan menguatkannya dalam kebenaran.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah hati, langkah selanjutnya adalah menyuarakan kebenaran melalui lisan. Lisan yang jujur, yang digunakan untuk menyeru pada yang baik dan mencegah kemungkaran, adalah bentuk nyata dari komitmen terhadap kebenaran. Lisan yang diam dalam menghadapi kebatilan adalah tanda lemahnya keimanan.

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Perjuangan membela kebenaran perlu dilanjutkan dengan perbuatan, yaitu menggunakan kekuatan tangan sebagai simbol dari tindakan fisik yang nyata. Tidak cukup hanya dengan hati dan lisan, seorang muslim yang konsisten dalam kebenaran harus menunjukkan keberpihakannya dalam tindakan. Baik itu melalui kerja nyata, penolakan terhadap kebatilan, maupun membela orang-orang tertindas.

Konsistensi dalam kebenaran artinya tidak boleh ada satu pun dari tiga unsur tersebut, baik hati, lisan, dan amal perbuatan yang ditinggalkan. Jika belum mampu berbicara atau bertindak, maka minimal hati kita tetap teguh membenci kebatilan. Namun, konsistensi sejati menuntut agar ketiganya berjalan seiring dalam membela dan menegakkan yang benar.

Allah SWT memerintahkan kaum mukmin untuk senantiasa bersikap teguh dalam kebenaran. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'” (QS. Fussilat: 30)

Ayat ini menunjukkan betapa besar kedudukan orang-orang yang istiqamah dalam kebenaran. Mereka tidak hanya mendapat ketenangan hati, tetapi juga jaminan kebahagiaan akhirat. Ini menunjukkan bahwa konsistensi bukan hanya nilai moral, tetapi bukti keimanan yang tinggi.

Namun, menjaga konsistensi dalam kebenaran sering kali mendatangkan ujian. Tekanan sosial, godaan dunia, dan ancaman terhadap keselamatan sering membuat seseorang goyah. Di sinilah pentingnya kekuatan iman dan dukungan komunitas yang juga mencintai kebenaran. Kita tidak bisa bertahan sendiri. Kita membutuhkan lingkungan yang saling menguatkan untuk tetap istiqamah.

Dalam kehidupan Rasulullah SAW, kita melihat contoh tertinggi dari konsistensi dalam kebenaran. Meskipun dihina, diancam, dan disakiti, beliau tetap tegar menyampaikan risalah kebenaran. Bahkan ketika ditawari harta dan kekuasaan untuk menghentikan dakwahnya, beliau berkata: “Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya…”

Sebagai umat beliau, sudah selayaknya kita meneladani keteguhan itu. Konsistensi dalam kebenaran bukan hanya untuk para nabi, tetapi untuk setiap muslim yang ingin mendapatkan ridha Allah. Kita harus siap menghadapi tantangan demi menjaga kemurnian prinsip yang kita pegang.

Konsistensi dalam kebenaran juga membawa keberkahan dalam hidup. Allah akan memudahkan jalan orang yang jujur dan tulus dalam mempertahankan kebenaran. Sebaliknya, orang yang goyah dan mengikuti arus kebatilan akan terombang-ambing tanpa arah dan mudah dimanfaatkan oleh kepentingan yang sesat.

Mari kita berdoa agar Allah menetapkan hati kita dalam kebenaran, menuntun lisan kita untuk membelanya, dan memberi kekuatan pada tangan kita untuk berbuat nyata. Jangan biarkan diri kita hanya menjadi penonton dalam perjuangan kebenaran. Jadilah bagian dari barisan orang-orang yang konsisten dan istiqamah dalam membela yang benar. Sebab, itulah jalan menuju keselamatan dan kemuliaan sejati. Aamiin.

Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250328-menjaga-konsistensi-dalam-kebenaran

Related Articles

Back to top button