Komitmen Keimanan yang Tak Tergoyahkan


Segala puji bagi Allah Al-Haqq, tuhan Yang Maha Benar, yang sempurna dalam setiap kebenaran-Nya, yang mustahil bagi-Nya menipu dan salah. Shalawat serta salam kepada hamba-Nya yang setia, pembawa risalah terakhir, rasulullah Muhammad, serta para sahabat dan siapa yang meneladaninya hingga hari kiamat.
Setiap manusia pasti mengalami pasang surut dalam hidupnya, termasuk dalam hal tekad dan keimanan. Ada masa ketika hati begitu kuat dan yakin, namun ada pula masa di mana kesedihan, kegagalan, atau ujian membuat semangat dan keimanan itu melemah. Inilah fitrah manusia. Namun, Allah tidak membiarkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh terpuruk terlalu lama. Mereka yang terus berupaya memperbaiki diri, akan Allah bimbing menuju keteguhan iman.
Seorang manusia yang memiliki tekad kuat biasanya telah melalui banyak fase kehidupan yang penuh ujian. Dari sanalah lahir kebijaksanaan, dan dari ujian itu pula Allah menguatkan keyakinannya dalam kebenaran. Bahkan para nabi, orang-orang pilihan Allah, tidak luput dari cobaan demi cobaan. Ujian itu bukan pertanda lemahnya cinta Allah, tapi justru bukti bahwa Dia ingin menjadikan mereka hamba yang tangguh.
Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam hal ini. Sejak kecil, beliau diuji dengan kehilangan. Ayahnya yang wafat sebelum ia lahir, kemudian ibunya juga menyusul wafat disaat beliau masih sangat kecil. Tak berhenti di situ, kakek yang kemudian mengasuhnya juga wafat disaat beliau 8 tahun. Beban hidup dan kesedihan yang mendalam adalah sesuatu yang bisa melumpuhkan semangat seseorang. Tapi justru dari pengalaman itu, Allah menyiapkan beliau menjadi pemimpin umat.
Kesedihan memang bisa menurunkan semangat dan melemahkan tekad. Namun, Allah tidak membiarkan kekasih-Nya terlarut dalam kesedihan itu. Allah kemudian mengutus malaikat Jibril untuk membersihkan hati Nabi SAW. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dada Rasulullah dibelah, hatinya dibersihkan dari kotoran, lalu diisi dengan iman dan hikmah. Ini bukan hanya peristiwa fisik, tapi simbol penguatan ruhani dan batin agar tekadnya menjadi kokoh.
Ketika memasuki tahun-tahun yang disebut sebagai ‘Aamul Huzn (Tahun Kesedihan), cobaan semakin berat. Istri tercinta beliau, Khadijah RA, wafat. Pamannya Abu Thalib, sebagai pelindung utama dari gangguan kafir Quraisy kemudian juga wafat. Tekanan batin dan kesedihan menyelimuti beliau. Sebagai manusia, tentu beliau merasakan sesak dan sempitnya dada. Tapi Allah tidak meninggalkannya dalam keputusasaan terlalu lama.
Di saat seperti itu, Allah menghibur beliau dengan perjalanan agung Isra’ dan Mi’raj. Dalam peristiwa itu, Allah mempertemukan beliau dengan para nabi, memperlihatkan keagungan langit dan bumi, serta menjadikan beliau langsung menerima perintah shalat. Sebuah penguatan spiritual luar biasa yang melapangkan dada beliau, beliau dibersihkan hatinya dari segala kesempitan dan duka.
Allah berfirman: “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu.” (QS. Al-Insyirah: 1–3)
Perjalanan keimanan manusia sejatinya adalah perjalanan memperkuat tekad dan menguatkan hati pada kebenaran. Ketika hati kotor oleh dunia, hati akan dimakan oleh keputusasaan, oleh dendam dan keluh kesah, maka keimanan pun akan mudah tergoyahkan. Komitmen keimanan yang kokoh hanya bisa dicapai dengan kerja yang sungguh-sungguh dan juga berjuang dalam kebenaran. Hanya dengan upaya ini hati akan dapat terhibur dengan pencapaian-pencapaian yang diridhai oleh Allah SWT. Hati yang kokoh dalam kebenaran yang akan kuat untuk melalui amal perjuangan.
Rasulullah SAW dalam haditsnya menyebutkan: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Untuk menjaga komitmen keimanan, seseorang harus bisa melihat skala prioritas dalam amal. Jangan sibuk dengan perkara kecil dan melalaikan yang besar. Jangan mudah teralihkan oleh urusan dunia, hingga melupakan hak-hak Allah. Prioritas dalam amal menunjukkan kedalaman ilmu dan kedewasaan iman. Amal yang utama harus terus dijaga meski dalam keadaan sulit.
Perjuangan dalam kebenaran adalah jalan yang akan menguatkan keimanan. Keimanan yang tidak diperjuangkan akan mudah luntur. Maka, penting bagi seorang muslim untuk tidak hanya menjadi baik untuk dirinya sendiri, tetapi juga memperjuangkan kebaikan itu di tengah masyarakat. Sebab, dari perjuangan itulah tekad akan terus dilatih dan diperkuat.
Allah berjanji akan memberikan keteguhan kepada orang-orang yang membela kebenaran. Allah berfirman: “Allah meneguhkan (tekad) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan di akhirat…” (QS. Ibrahim: 27)
Keteguhan iman bukan hadiah yang turun begitu saja, melainkan hasil dari perjuangan, keikhlasan, kesabaran, dan konsistensi dalam berbuat baik. Orang-orang yang kuat adalah mereka yang bersandar kepada Allah dalam segala keadaan, dan tidak tergoyahkan meski dunia di sekelilingnya berubah.
Marilah kita jadikan hati kita ladang keimanan yang subur. Bersihkan hati dari kesedihan yang berlarut, dari keterikatan dunia yang menipu, dan dari keputusasaan yang mematahkan. Mari kita jaga komitmen keimanan kita dengan membina amal yang berkualitas, memperjuangkan kebenaran, dan memohon kepada Allah agar menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang memiliki tekad yang tak tergoyahkan. Aamiin.
Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250329-komitmen-keimanan-yang-tak-tergoyahkan