Menjadi Hamba yang Amanah


Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam, langit, bumi dan diantara keduanya. Shalawat serta salam kepada pemegang amanah kerasulan, penutup para nabi, Muhammad Al-Amin (yang amanah), serta sahabat dan yang meneladaninya hingga hari kiamat.
Menjadi hamba yang amanah adalah sebuah kehormatan yang tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya. Orang yang amanah sangat dicintai oleh Allah karena sifat ini mencerminkan ketakwaan, kejujuran, dan tanggung jawab yang besar. Dalam kehidupan sehari-hari, amanah tidak hanya mencakup hal-hal besar seperti kepemimpinan dan tanggung jawab sosial, tetapi juga dalam urusan kecil seperti menepati janji, menjaga rahasia, membayar hutang dan menjalankan tugas dengan penuh kejujuran.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)
Ayat ini menegaskan bahwa amanah adalah perintah langsung dari Allah dan merupakan bagian dari keadilan. Orang yang menjaga amanah akan mendapatkan keberkahan sebagaimana orang-orang yang shalih. Mereka adalah orang-orang yang dipercaya oleh manusia dan Allah untuk mengemban tugas-tugas yang mulia.
Orang yang amanah adalah mereka yang pandai menjaga kepercayaan, sedangkan orang yang shalih adalah mereka yang berusaha memperbaiki keadaan di sekitarnya. Keduanya saling berkaitan, karena tanpa amanah, seseorang tidak akan mampu membawa perubahan yang baik dalam masyarakat. Seorang pemimpin yang amanah akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya, sedangkan seorang guru yang amanah akan mencetak generasi yang berakhlak mulia.
Menjadi hamba yang amanah sepatutnya menjadi upaya dan cita-cita setiap mukmin. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba diberikan amanah oleh Allah, lalu ia meninggal dalam keadaan mengkhianati amanahnya, melainkan diharamkan baginya surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa amanah bukanlah perkara yang bisa dianggap remeh. Seseorang yang mengkhianati amanah akan kehilangan keberkahan dan bahkan diharamkan masuk surga. Sebaliknya, orang yang menjaga amanah akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya.
Para nabi adalah contoh utama dalam menjaga amanah. Nabi Yusuf AS, misalnya, ketika diangkat sebagai bendahara Mesir, beliau tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi, tetapi menggunakan posisinya untuk menyejahterakan rakyat dan mengelola sumber daya dengan adil. Sifat amanah inilah yang menjadikan beliau dicintai oleh Allah dan dihormati oleh manusia.
Nabi Muhammad SAW adalah contoh paling sempurna dari seorang yang amanah. Sejak muda, beliau telah dikenal sebagai Al-Amin (yang terpercaya) karena sifatnya yang tidak pernah berkhianat dalam perkataan maupun perbuatannya. Bahkan sebelum diangkat menjadi rasul, masyarakat Mekah telah memberikan kepercayaan kepadanya dalam berbagai urusan.
Para sahabat Rasulullah SAW juga menunjukkan keteladanan dalam menjaga amanah. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, sebagai khalifah pertama, menjalankan pemerintahan dengan penuh kejujuran dan tidak pernah menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Umar bin Khattab RA bahkan sering berkeliling malam hari untuk memastikan bahwa rakyatnya mendapatkan keadilan dan kesejahteraan. Mereka adalah contoh bagaimana amanah harus diemban dengan penuh tanggung jawab.
Allah SWT telah menjanjikan bahwa orang-orang yang amanah akan sejajar dengan para syuhada. Rasulullah SAW bersabda: “Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Namun, tidak mudah menjadi hamba yang amanah. Godaan dunia, tekanan sosial, serta ketakutan terhadap kehilangan jabatan atau harta sering kali membuat seseorang tergoda untuk mengkhianati amanahnya. Oleh karena itu dalam hadits diatas dikatakan pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi. Kita tahu bagaimana dunia perdagangan penuh dengan kompetisi usaha, sehingga menjaga amanah memerlukan keteguhan iman dan kesabaran yang luar biasa dalam menjaganya.
Amanah tidak hanya berkaitan dengan hubungan sosial, tetapi juga dalam hubungan dengan Allah. Ibadah adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh ketulusan. Orang yang meninggalkan salat, menunda zakat, atau berbuat maksiat telah mengkhianati amanahnya sebagai seorang Muslim.
Menjaga amanah bukan hanya tentang memperoleh kepercayaan dari manusia, tetapi juga tentang mendapatkan ridha Allah. Keberkahan dalam hidup akan datang ketika seseorang menjalankan amanahnya dengan baik. Orang yang amanah akan mendapatkan ketenangan hati, kemudahan dalam urusan, dan kebahagiaan yang sejati.
Akhirnya, menjadi hamba yang amanah adalah sebuah perjalanan yang penuh ujian, tetapi juga penuh keberkahan. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang selalu menjaga amanah, meneladani para nabi dan orang-orang shalih, serta mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Aamiin.
Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250310-menjadi-hamba-yang-amanah