Kolom

Kejujuran dan Amanah, Dua Sifat Yang Berkait

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam, langit, bumi dan diantara keduanya. Shalawat serta salam kepada pemegang amanah kerasulan, penutup para nabi, Muhammad Al-Amin (yang amanah), serta sahabat dan yang meneladaninya hingga hari kiamat.

Kejujuran (siddiq) dan amanah adalah dua sifat utama yang termasuk dalam sifat-sifat para rasul dan nabi. Kedua sifat ini menjadi tanda utama seseorang yang memiliki karakter integritas yang tinggi. Siddiq berarti membenarkan yang benar, yaitu jujur dalam perkataan dan perbuatan serta berani mengakui kebenaran meskipun menghadapi risiko dan kerugian yang besar. Sementara itu, amanah berarti dapat dipercaya, di mana seseorang merasa aman ketika mempercayakan sesuatu kepadanya walaupun orang terkadang berseberangan. Rasulullah SAW sendiri mendapat gelar Al-Amin, yaitu orang yang sangat dipercaya, karena kejujuran dan sifat amanahnya yang diakui oleh masyarakat Mekah bahkan sebelum beliau diangkat eeèèA nabi. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Kami telah menyampaikan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikulnya dan merasa takut akan amanah itu, lalu dipikullah amanah itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat jahil.” (QS. Al-Ahzab: 72) Ayat ini menunjukkan bahwa amanah adalah tanggung jawab besar yang manusia harus pikul, dan hanya mereka yang memiliki kejujuran yang akan mampu menjalankannya dengan baik. Orang yang amanah adalah orang yang benar-benar dapat dipercaya dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun dalam memegang suatu jabatan. Kejujuran dan amanah bukanlah sifat yang datang secara otomatis, tetapi harus dilatih setiap saat. Ketika seseorang membiasakan dirinya untuk berkata jujur dan menepati janji, maka sifat itu akan menjadi bagian dari karakternya. Namun, jika ia terbiasa berdusta atau mengkhianati kepercayaan, maka hatinya akan menjadi keras dan sulit untuk berubah ke arah kebaikan. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Dan jika seseorang selalu berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Jauhilah kebohongan, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Jika seseorang terus menerus berbohong dan mencari kebohongan, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim) Kejujuran dan amanah bukan hanya berlaku dalam keadaan yang umum dan biasa, tetapi kedua karakter itu diuji dalam kondisi-kondisi yang krisis. Ketika seseorang menghadapi tekanan, kehilangan kekuatan, atau berada dalam situasi sulit, kejujurannya benar-benar akan terlihat. Seseorang yang memiliki iman yang kuat akan tetap berkata jujur dan menjalankan amanah meskipun ia sedang dalam keadaan sulit. Sedangkan orang yang tidak jujur dan tidak amanah dia akan melakukan hal-hal yang memalukan karena terjepit dalam keadaan yang menyulitkannya. Godaan untuk berbohong dan mengkhianati amanah sering kali muncul saat kita merasa takut, tidak berdaya, atau ingin menyelamatkan diri sendiri. Banyak orang yang terjatuh dalam dosa ini karena ingin menghindari konsekuensi yang berat. Namun, orang yang benar-benar berpegang teguh pada nilai kejujuran dan amanah akan tetap bertahan dan percaya bahwa Allah akan memberikan jalan keluar bagi mereka yang tetap teguh di atas kebenaran walaupun ia harus kehilangan segalanya. Dalam sejarah Islam, kita melihat bagaimana para nabi dan sahabat diuji dengan kejujuran dan amanah. Nabi Yusuf AS misalnya, diuji dengan amanah besar saat ia menjadi bendahara di Mesir. Meskipun memiliki kekuasaan penuh atas harta negara, ia tetap menjaga amanahnya dengan penuh kejujuran dan keadilan. Ia tidak menyalahgunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, melainkan menggunakannya untuk kemaslahatan rakyat. Kejujuran dan amanah juga sangat penting dalam dunia bisnis dan pekerjaan. Banyak perusahaan dan negara mengalami kehancuran akibat pemimpin dan pegawainya tidak memiliki kedua sifat ini. Rasulullah SAW bersabda: “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi) Hadits ini menunjukkan betapa besar kedudukan orang yang jujur dan amanah dalam bisnis. Kejujuran dalam perdagangan akan membawa keberkahan, sementara ketidakjujuran akan membawa kehancuran. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melatih kejujuran dan amanah dengan cara-cara sederhana, seperti menepati janji, tidak memanipulasi informasi, serta menjaga barang atau tanggung jawab yang telah dipercayakan kepada kita. Jika seseorang membiasakan kejujuran dalam hal-hal kecil, maka ia akan lebih mudah jujur dalam hal-hal besar. Kejujuran dan amanah adalah fondasi bagi masyarakat yang sehat. Jika semua orang memiliki sifat ini, maka kepercayaan akan terbangun dan kehidupan akan berjalan dengan harmonis. Sebaliknya, jika kejujuran dan amanah hilang dari suatu masyarakat, maka kebohongan dan kecurangan akan merajalela, dan keadilan akan sulit ditegakkan. Pada akhirnya, kejujuran dan amanah bukan hanya sifat yang baik di dunia, tetapi juga kunci keberuntungan di akhirat. Orang yang memegang teguh dua sifat ini akan mendapatkan ketenangan hidup dan kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa melatih diri untuk menjadi pribadi yang jujur dan amanah dalam setiap aspek kehidupan kita. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu istiqamah dalam menjaga kejujuran dan amanah. Aamiin. .

Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250308-kejujuran-dan-amanah-dua-sifat-yang-berkait

Related Articles

Back to top button