Kolom

Marhaban Ya Ramadan 2025

quran in close up shot

Alhamdulillah wa syukurillah, Allah mempertemukan kita kembali pada bulan Ramadhan, bulan yang penuh hikmah dan penuh berkah. Allah mewajibkan semua muslim, tua dan muda untuk menjalankan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan ini. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183 disebutkan:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ 

Wahai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa!!

Sekiranya Allah mewajibkan ibadah shalat dalam lima waktu sehari, maka di bulan Ramadhan ini Allah memerintahkan berpuasa sebagai yang ibadah yang utama, selain shalat. Perintah ini adalah tegas tanpa kecuali. Dan kita sebagai hamba yang taat adalah mematuhi segala perintah ini.

Insyaallah topik tausiyah Ramadan tahun ini adalah “Ramadan 2025: Momentum Perbaikan Diri dan Masyarakat” berkaitan dengan keberkahan amanah, kepemimpinan yang adil dan konsisten dalam kebenaran.

Dalam dua minggu terakhir ini, berbagai isu hangat kembali mencuat di tengah masyarakat. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan lembaga-lembaga elit yang seharusnya menjadi kebanggaan menunjukkan betapa masih lemahnya integritas di kalangan tersebut. Sementara itu, ketimpangan ekonomi tampak jelas, turunnya daya beli masyarakat, harga bahan pokok yang mulai naik menjelang Ramadan ditambah pula dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi kepada para pekerja. Begitu pun di sektor pendidikan, masih ada laporan tentang guru-guru yang tidak menerima gaji selama berbulan-bulan, sementara siswa menghadapi perudungan dan ketidakadilan di lingkungan sekolah.

Di sisi lain, pemerintah tengah menggencarkan program efisiensi dalam berbagai sektor untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran negara. Namun, kebijakan ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang terdampak secara ekonomi. Semua peristiwa ini mengajarkan kita bahwa keadilan sosial masih menjadi tantangan besar yang harus diperjuangkan bersama. Kita juga perlu berdoa semoga apa yang diupayakan oleh pemimpin-pemimpin diberikan petunjuk dengan cara yang benar sehingga dapat memberikan perubahan yang baik dan juga mendapatkan keberkahan oleh Allah SWT.

Ramadan hadir di tengah-tengah kita pada waktu yang tepat sebagai momen untuk melakukan refleksi bagi kita semua. Bulan suci ini bukan hanya sekadar ritual menahan lapar dan dahaga, tetapi juga kesempatan untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki kualitas kehidupan. Kita dituntut untuk merenungkan langkah-langkah positif yang bisa kita ambil, tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas. Melakukan sesuatunya dengan benar, baik niat maupun cara, dan menjauhkan diri dari mendatangkan kedzaliman kepada orang lain.

Salah satu aspek yang sangat penting yang akan kita kaji harus kita tingkatkan dalam bulan Ramadan ini adalah tengtang sikap amanah. Korupsi yang masih marak ditengah-tengah kita, dari pegawai rendahan hingga pegawai tinggi, dari sektor umum hingga sektor pendidikan adalah cerminan pudarnya sifat amanah dalam kepemimpinan dan tanggung jawab dalam mengelola publik. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan juga mengajarkan bahwa seorang pemimpin adalah pelayan bagi kepentingan rakyatnya, bukan pihak yang mencari keuntungan pribadi. Oleh karena itu, Ramadan ini perlu menjadi momentum untuk mengevaluasi kita dan menanamkan kembali nilai amanah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kepemimpinan yang adil juga perlu menjadi isu yang harus kita renungkan. Pemimpin yang adil akan memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak merugikan masyarakat kecil, tetapi justru melindungi hak-hak mereka. Dalam konteks PHK massal dan guru yang tidak dibayar, pemimpin yang bertanggung jawab akan mencari solusi yang berpihak pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Pemimpin yang adil memberikan solusi yang terbaik dan tidak mendzalami dalam setiap keputusannya.

Selain amanah dan kepemimpinan, loyalitas dan konsistensi kepada kebenaran juga harus dilatih dalam setiap aspek kehidupan. Ketika kita melihat ketidakadilan di sekitar kita, sudah seharusnya kita bersuara dan bertindak untuk membela yang benar. Ramadan mengajarkan kita untuk tidak hanya diam menghadapi kebatilan, tetapi juga berani menegakkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan meskipun menghadapi risiko dan tantangan. Pengalaman-pengalaman seorang anak dan pemuda yang konsisten dalam membela kebenaran akan menjadikan dirinya kokoh dan menjadi nadi dalam perjuangan umat.

Implementasi dari ketiga nilai amanah, keadilan, dan loyalitas terhadap kebenaran akan membentuk pribadi yang bertakwa. Takwa yang bukan sekadar menjalankan ibadah yang wajib seperti shalat, puasa, dan zakat, akan tetapi lebih dari itu. Seorang insan yang bertakwa adalah yang menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap tindakan amal shalihnya. Seorang yang bertakwa akan selalu berusaha untuk berbuat ihsan, yakni melakukan amal kebaikan dengan sebaik-baiknya.

Amal ihsan inilah yang akan menjadi esensi dari ketakwaan sejati. Dalam konteks sosial, ihsan berarti membantu mereka yang sedang mengalami kesulitan, seperti mendukung sesama masyarakat yang memiliki kesulitan ekonomi ataupun memberikan bantuan kepada mereka yang dhaif, lemah lagi teraniaya. Ihsan sepatutnya berarti membangun masyarakat yang lebih adil dengan menolak segala bentuk korupsi, ketidakadilan, dan penindasan. Ihsan juga berarti membuat batu pijakan dan pondasi supaya kebaikan-kebaikan terus berkembang dan memberikan manfaat kebaikan yang luas.

Bulan Ramadan juga melatih kita untuk memiliki pengendalian diri yang baik. Ketika kita berpuasa, kita tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari hawa nafsu dan emosi yang dapat merugikan diri sendiri serta orang lain. Jika nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kita akan lebih mampu menahan diri dari tindakan yang tidak terpuji, seperti menyalahgunakan wewenang amanah atau tidak adil dalam mengambil hak orang lain.

Disiplin yang kita latih selama Ramadan juga sangat relevan dalam membangun tatanan masyarakat yang lebih baik. Muslim yang terbiasa disiplin dalam ibadah akan lebih mampu menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya, baik sebagai pemimpin, pegawai, pendidik, maupun masyarakat umum. Disiplin ini akan menciptakan lingkungan yang lebih tertib, efisien, dan penuh tanggung jawab.

Selain itu, Ramadan mengajarkan kita pentingnya solidaritas sosial. Di bulan ini, kita sering melihat berbagai kegiatan berbagi, seperti membagikan makanan berbuka puasa kepada mereka yang kurang mampu. Solidaritas ini harus terus dijaga, bahkan setelah Ramadan berakhir. Dengan menanamkan kepedulian sosial yang tinggi, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.

Kita juga perlu menjadikan Ramadan sebagai waktu untuk memperbaiki akhlak dan etika dalam berkomunikasi. Di era digital saat ini, betapa banyak orang dengan mudah menyebarkan ujaran kebencian, fitnah, atau berita hoaks tanpa memikirkan dampaknya. Puasa bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga menahan diri dari kebohongan yang menyakiti ataupun menyebarkan keburukan yang mendzalimi hak orang lain.

Momentum Ramadan ini juga mengingatkan kita untuk lebih peduli terhadap generasi muda. Kasus siswa yang mengalami kekerasan di sekolah menunjukkan bahwa pendidikan karakter harus menjadi prioritas utama. Ramadan mengajarkan kita untuk menanamkan nilai kasih sayang, keadilan, dan tanggung jawab dalam mendidik anak-anak kita agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia.

Bulan Ramadan adalah bulan dengan kesempatan emas untuk introspeksi diri dan memperbaiki kehidupan kita. Dengan memperkuat ketakwaan dan nilai-nilai moral yang kita jalankan selama bulan suci ini, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Marhaban ya Ramadan, selamat datang bulan penuh berkah. Mari, kita manfaatkan setiap momen di dalamnya untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan menegakkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan kita. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita bagian dari hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250301-marhaban-ya-ramadan-2025

Related Articles

Back to top button