Ketegangan di Timur Tengah akan meningkat setelah Israel melakukan teror pembunuhan tokoh Hamas di Lebanon
Beirut. – Eskalasi diprediksi akan meningkat setelah Israel melakukan teror pembunuhan wakil kepala biro politik Hamas, Saleh al-Arouri, di kota Beirut pada selasa malam (2/1).
Hal yang serupa juga dicemaskan oleh penjaga perdamaian PBB (UNFIL) di Lebanon, apalagi Israel melakukannya diluar wilayahnya. Kekhawatiran ini beralasan dikarenakan teror operasi intelijen Israel dilakukan secara ilegal dan rahasia di dalam negara lain yang berdaulat.
“Eskalasi ini dapat menyebabkan banyak kehancuran bagi orang-orang di kedua sisi Garis Biru,” kata Wakil Juru Bicara UNFIL Kandice Ardiel kepada kantor berita resmi Lebanon NNA, Rabu. Garis Biru adalah tembok beton yang didirikan oleh PBB pada 2000 dengan tujuan untuk mengonfirmasi penarikan pasukan Israel dari selatan Lebanon.
Pihak Lebanon sendiri menyatakan protes atas tindakan intelijen Israel ini dan mengutuknya sebagai tindakan terorisme internasional. Lebanon akan mengajukan nota protes ke Majlis Keselamatan PBB (UNSC) atas pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh Israel terhadap Lebanon.
Walaupun Israel secara resmi belum mengaku bertanggung jawab, banyak pihak beranggapan apa yang dilakukan Israel sudah lebih dari membela diri bahkan meneror dan melakukan pembersihan etnis genosida. Arouri tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di Beirut selatan, menurut media Hamas dan Lebanon.
Di tengah kekhawatiran akan eskalasi, bentrokan perbatasan antara pasukan Israel dan kelompok Hizbullah terus berlanjut sejak perang Israel dengan Hamas di Gaza pada 7 Oktober 2023.
Sumber: Anadolu / Antara