Sejarah

Siapakah Bangsa Turki Itu?

Kegemilangan Islam pada masa lampau tidak hanya dicapai di bawah pemerintahan bangsa Arab, melainkan juga bangsa-bangsa non-Arab. Salah satu nya adalah bangsa Turki yang menguasai peradaban Islam selama hampir seribu tahun lamanya.

Yakni, mulai dari kemunculan Dinasti Ghaznawiyah di Afghanistan pada 977 M hingga runtuhnya Kesultanan Ottoman di Anatolia pada 1922 M. Jika kita kembali membuka lembaran sejarah, maka kita akan menemukan banyak sekali catatan mengenai sepak terjang bangsa Turki pada masa silam.

Sisa-sisa peradaban mereka sampai hari ini dapat dijumpai di daratan Eropa, Anatolia, Asia Tengah, hingga tanah Hindustan. Pertanyannya, siapakah bangsa Turki itu sebenarnya?

Kalangan sejarawan sepakat, nenek moyang orang Turki berasal dari daratan yang membentang dari Asia Tengah hingga ke Siberia. Kawasan di sekitar Pegunungan Altay, sering dianggap sebagai tanah kelahiran leluhur bangsa Turki. Mayoritas dari mereka menetap di wilayah Xiongnu—yang hari ini mencakup Mongolia, Kazakhstan Timur, Kirgizstan Timur, Xinjiang Uyghur (Cina), Manchuria Barat (Cina), dan Rusia Selatan.

“Secara historis, bangsa Turki per tama kali muncul sebagai etnis tersen diri di pinggiran Xiongnu sekitar 200 sebelum Masehi (SM) atau sezaman dengan Dinasti Han,” tulis sejarawan Peter Zieme dalam karyanya, The Old Turkish Empires in Mongolia, yang dipublikasikan lembaga antropologi Jerman lewat buku Genghis Khan and His Heirs: the Empire of the Mongol (2005).

Pada masa selanjutnya, pertumbuhan bangsa Turki kian pesat dan mereka pun mulai membentuk suku-suku baru. Di antaranya adalah suku Ashika, Altay, Azerbaijani, Bulgar, Tatar, Dolga, Kazakh, Khazar, Kipchak, Kirgiz, Oghuz, Pecheneg, Turkmen, Uyghur, Uzbek, Yakuts, dan masih banyak lagi.

Beberapa suku Turki seperti Khazar dan Pecheneg, kerap disebut sebagai suku pengembara selama bertahun-tahun. Mereka umumnya hidup berpindahpindah dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya.

Pada pertengahan abad keenam, bangsa Turki mendirikan kerajaan pertama mereka di wilayah pedalaman Asia dengan yang dikenal dengan sebutan Kekhanan Göktürk (552744 M). Pada periode yang sama, suku Turkik lainnya juga mendirikan Kekhanan Avar (564804 M) di wilayah Romawi Timur, Eropa.

Hingga pengujung abad ke-13, ke rajaan-kerajaan Turki terus bermun culan di berbagai wilayah di benua Asia. Mulai dari Kekhanan Khazar (6181048 M), Kekhanan Turgesh (699- 766 M), Kekhanan Uyghur (744-840 M), Kekhanan Kara-Khanid (8401212 M), Kerajaan Gansu Uyghur (848-1036 M), Kekhananan Pecheneg (860-1091 M), dan Dinasti Shato (923-979 M).

Setelah masuknya periode Islam, bangsa Turki Muslim juga mendirikan kerajaan di tanah Hindustan di bawah bendera Dinasti Ghaznawiyah (977 1186 M) dan Kesultanan Delhi (1206 1526 M). Sementara, di wilayah Persia dan Anatolia muncul pula Kesultanan Seljuk (10371194 M) dan Kesultanan Ottoman (12991923 M).

Penyebutan pertama istilah ‘bangsa Turki’ dijumpai dalam naskah Cina kuno. “Di situ disebutkan, suku-su ku Turki sudah memiliki hubungan perdagangan dengan bangsa Sogdia di sepanjang Jalur Sutra pada abad keenam silam,” ungkap Etienne de la Vaissiere dalam Encyclopædia Iranica.

Peran Bangsa Turki

Melacak keberadaan bangsa Turki dalam sejarah Islam bisa dilakukan antara lain melalui kajian hadis dan sirah Nabi Muhammad SAW. Mahmud al-Adl dalam artikelnya yang berjudul at-Turkaman wa Maukib al- Hadlarah al-Islamiyyah mengatakan keterlibatan bangsa Turki membangun peradaban Islam sejak masa Rasulullah SAW.

Rasulullah pernah berperang bersama mereka di beberapa peperangan, seperti Perang Khaibar, meski jumlah mereka tak banyak. Suatu ketika, Rasulullah saat Perang Khaibar, pernah ditanya oleh para sahabat. Rasul ketika itu terlihat tengah berjalan memutar ke perkemahan para sahabat.

Rasul menjawab,”Aku baru saja mengunjungi dan bercengkerama di perkemahan orang-orang Turki.” Tak dijelaskan pasti, kapan dan dari suku Turki manakah, mereka berasal.

Ketika kaum Muslimin Arab mencapai Amu Darya (wilayah Afghanistan, Tajikistan, Turk menistan, dan Uzbekistan sekarang— Red) pada 651, mereka berhasil mengalahkan raja terakhir Persia dari Dinasti Sasaniyah, Yezdigerd III. Selanjutnya, mereka berusaha keras menundukkan bangsa Turki pada abad ketujuh dan kedelapan.

Namun, upaya bangsa Arab untuk menaklukkan bangsa Turki tidak pernah membuahkan hasil ketika itu. Watak keras orang-orang Turki sebagai bangsa nomaden yang menghuni daratan Asia Tengah selama berabad-abad membuat mereka sulit untuk ditundukkan.

Selama tiga abad, bangsa Turki berhasil menolak Islamisasi yang dilakukan bangsa Arab. Namun pada 830, Kekhalifahan Islam di bawah Dinasti Abbasiyah mulai merekrut orang-orang non-Arab untuk dijadikan sebagai prajurit budak atau dikenal juga dengan sebutan mamluk atau ghilman. Sebagian besar dari mereka berasal dari kalangan bangsa Turki.

Pada masa itulah, banyak orang Turki yang akhirnya masuk Islam, baik sebelum maupun sesudah menjadi tentara khalifah. Seiring perjalanan waktu, pengaruh tentara-tentara Turki tersebut di lingkungan istana Abbasiyah semakin menguat.

“Budak-budak militer itu pada akhirnya mendominasi pemerintahan dan membangun pola di seluruh kelas militer dunia Islam,” ujar sejarawan Barat, Bernard Lewis, dalam buku Race and Slavery in the Middle East.

Pada abad kesebelas, sekelompok tentara Turki Seljuk di bawah pimpinan Tughril Beg mendapat tugas dari Khalifah Abbasiyah untuk merebut kembali Kota Baghdad dari tangan Dinasti Buyid yang berpaham Syiah. Tugas itu berhasil dilaksanakan dengan baik oleh Tughril. Untuk menghargai jasanya tersebut, khalifah akhirnya menjadikannya sebagai menantu.

Secara perlahan, pengaruh bangsa Arab semakin melemah seiring meredupnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Bangsa Turki pun mulai muncul sebagai kekuatan Islam yang baru. Pada 1037, Tughril Beg resmi mendirikan Kesultanan Seljuk di Persia.

Pada masa selanjutnya, wilayah kesultanan Turki ini mencakup dari tanah Hindu Kush di sebelah barat hingga Anatolia di timur, dan dari Asia Tengah di utara hingga Teluk Persia di selatan. Sayangnya, invasi yang dilakukan bangsa Mongol pada abad ke-12 menurunkan pamor kejayaan Dinasti Seljuk. Kesultanan ini resmi bubar pada 1194, dan kemudian terpecahpecah ke dalam kerajaan-kerajaan kecil. (Republika)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button