Tiga Jalur Karir untuk Mengimbangi Perkembangan Artificial Intelligence
Bill Gates, pendiri Microsoft, dalam podcastnya bersama CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan (AI) berpotensi mengambil alih pekerjaannya. Meskipun demikian, Gates tetap optimis tentang manfaat AI bagi masyarakat. Di episode podcast “Unconfuse Me with Bill Gates,” yang tayang pada tanggal 11 Januari 2024, Gates berbagi kekhawatiran filosofis yang muncul saat AI berkembang. “Ketika mesin berkata kepadaku, ‘Bill, main pickleball saja, biar saya yang urus pemberantasan malaria. Kamu hanya pemikir yang lambat,'” tuturnya, menunjukkan bagaimana AI mungkin menggantikan bahkan tugas-tugas yang kompleks.
Selama ini, Gates telah menyarankan lulusan baru untuk fokus pada tiga bidang karier: pengembangan AI, energi alternatif, dan biosains kesehatan. Di musim panas ini, Gates akan terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir baru di Wyoming melalui perusahaannya, TerraPower, menekankan pentingnya energi bersih dalam memerangi kemiskinan dan perubahan iklim. Di sisi lain, di bidang kesehatan, Gates melihat potensi besar AI dalam memperbaiki akses ke pendidikan dan kesehatan mental, serta dalam membantu pasien memahami risiko HIV lebih baik.
Gates juga mendiskusikan tantangan interpretasi dan kompleksitas dalam AI yang dihadapi oleh OpenAI. “Ketika OpenAI membangun GPT-1, mereka belum sepenuhnya memahami bagaimana AI itu bekerja atau mengapa berhasil,” ungkap Altman, menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang AI. Gates memanfaatkan blog pribadinya, “Gates Notes,” untuk berdiskusi lebih dalam mengenai masa depan dan etika AI, serta bagaimana teknologi ini dapat mengurangi ketimpangan global.
Gates menyimpulkan dengan optimisme tinggi tentang potensi AI, mengingat pentingnya investasi cerdas saat ini untuk memastikan AI membantu membuat dunia menjadi lebih adil. “Apakah AI bisa membantu kita mengurangi perang, mengurangi polarisasi?” tanya Gates. “Saya ingin orang-orang bekerja pada masalah manusia yang tersulit, seperti apakah kita bisa akur. Itu akan sangat positif jika AI dapat berkontribusi pada keharmonisan antarmanusia,” tutupnya.