Kolom

Mendidik Pemimpin Masa Depan: Strategi Pendidikan Islam di Tengah Era Disrupsi

Oleh: Bey Abdullah

Era disrupsi yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial memberikan tantangan baru dalam dunia pendidikan kita. Generasi Alpha, generasi yang lahir setelah tahun 2010, tumbuh dewasa bersama-sama dengan kemajuan teknologi yang luar biasa. Generasi ini akrab dengan perangkat pintar, media sosial, dan akses informasi tanpa batas. Dengan keadaan yang seperti ini, sebagai umat Islam, tugas kita adalah mengarahkan generasi ini agar menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga memiliki akhlak Islami yang kuat, meneruskan legasi dalam perjuangan amar ma’ruf nahi munkar.

Pendidikan Islam sendiri sebetulnya memiliki potensi besar untuk membentuk karakter Generasi Alpha. Dengan pendekatan yang moderat dan dinamis, Islam kontemporer mampu menyesuaikan dengan perkembangan ini. Tantangan utama dalam masa kekinian adalah memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai agama, bukan sebaliknya kita sebagai generasi yang lebih tua lalai, dan membiarkan mereka tidak menerima manfaat dari teknologi justru terjebak dalam pemanfaatan teknologi yang mudharat. Platform digital seperti aplikasi Al-Qur’an, media dakwah daring, komunikasi atau permainan edukatif Islami dapat dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran agama lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan mereka. Orang tua dan guru harus proaktif dalam memanfaatkan teknologi ini, menjadi jembatan dalam pemanfaatannya, sambil tetap mengawasi dan mengarahkan penggunaannya.

Pilar utama pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia sejak dini, yakni tarbiyah. Di era digital, anak-anak mudah terpapar informasi yang tidak sesuai dengan nilai Islam. Oleh karena itu, membangun filter internal berupa bekal atau dasar akhlak-akhlak yang Islami sangat penting. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam mendidik generasi muda. Teladan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran, kasih sayang, keadilan dan amanah tanggung jawab. Nilai-nilai ini harus diterjemahkan ke dalam aktivitas sehari-hari anak, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

Generasi Alpha juga perlu diajarkan pentingnya memperkaya khazanah ilmu dan sejarah Islam. Mereka harus mengenal kisah para sahabat, ulama besar, dan tokoh-tokoh Islam yang menjadi pelopor dalam ilmu pengetahuan dan akhlak. Pengetahuan ini tidak hanya memperkuat identitas keislaman mereka, tetapi juga membangun rasa percaya diri untuk berkarya di tengah tantangan zaman. Mereka harus paham puncak kefahaman dalam Islam adalah tentang pemaknaan ketuhanan Allah SWT, keadilan dalam bertindak dan kebermanfaatan bagi sesama.

Selain itu, pendidikan harus juga dapat memberikan peluang bagi Generasi Alpha untuk berkarya sesuai zamannya. Guru dan orang tua perlu memahami bahwa pendekatan dan alat yang relevan bagi generasi sebelumnya mungkin tidak lagi efektif bagi generasi ini. Misalnya, memperkenalkan proyek berbasis teknologi, coding, atau pembuatan konten kreatif dengan perspektif Islami dapat menjadi sarana bagi mereka untuk mengekspresikan diri. Memberikan ruang bagi anak untuk bereksperimen dan berinovasi akan membangun jiwa kepemimpinan dan kemandirian mereka.

Pendidikan Islam juga harus menekankan pentingnya adab dan etika dalam ruang digital. Ajarkan anak-anak untuk menggunakan media sosial dengan bijak, menjaga privasi diri ataupun orang lain, dan tidak terlibat dalam tindakan yang merugikan orang lain. Etika digital ini harus menjadi bagian dari pembelajaran agama agar mereka dapat menjadi pengguna teknologi yang bertanggung jawab dan bermanfaat.

Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Kita sebagai orang tua maupun guru harus mampu menjadi role model memberikan teladan dalam kepandaian pemanfaatan teknologi. Jangan pula kita enggan, kemudian tidak mampu menjembatani hal ini, sehingga kita pun berakhir tertinggal atau bahkan menjadi korban dari kemudharatan teknologi. Orang tua juga harus aktif mendampingi anak-anak mereka, memahami kebutuhan mereka, dan memberikan dukungan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Selain itu, lembaga pendidikan Islam perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak. Kurikulum harus dirancang untuk mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Pendekatan interaktif dan kreatif harus digunakan agar pembelajaran lebih menarik dan relevan. Guru juga perlu dilatih untuk memahami karakteristik antar generasi dan menggunakan teknologi dalam pengajaran mereka.

Dengan pendekatan yang adaptif, berbasis nilai Islami, dan memberikan ruang bagi generasi baru untuk berkarya, mereka dapat tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang tangguh menghadapi era disrupsi dan melanjutkan estafet kepempinan. Sudah banyak contoh generasi yang tua justru sibuk berkompetisi dengan yang muda di usianya yang semakin habis. Generasi itu adalah generasi gagal yang menjadi teladan, gagal menjadi jembatan, habis dalam ambisinya mengejar dunia yang tidak pernah habis. Kita berharap generasi kedepan bukan hanya akan mampu menghadapi perubahan zaman, tetapi juga membawa nilai-nilai Islam yang adil dan bermanfaat ke dalam inovasi dan kontribusi mereka bagi dunia.

wallahu’alam

Artikel asli: https://perguruandarulfunun.id/20250121-mendidik-pemimpin-masa-depan-strategi-pendidikan-islam-di-tengah-era-disrupsi

Related Articles

Back to top button