Diplomasi Indonesia selama hampir 10 tahun terakhir masih menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu pemain utama di kawasan dan global, bukan sebagai penonton.
Lembaga pemikir independen yang berbasis di Australia, Lowy Institute, yang menyebut Indonesia sebagai middle power di Asia. Indonesia pun memiliki pengaruh diplomatik dan kekuatan komprehensif yang terus meningkat.
Diplomasi Indonesia juga memiliki pengaruh tertinggi di Asia Tenggara pada 2023. Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri) mengatakan kepemimpinan Indonesia diakui dunia, termasuk dalam menggerakkan ASEAN apalagi saat memegang posisi ketua ASEAN.
Pada 2019, Indonesia menjadi inisiator Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik (AOIP) yang mendorong kerja sama yang konkret dan inklusif sebagai jawaban dinamika meningkatnya rivalitas di kawasan tersebut. Menyangkut perkembangan di Myanmar, isu tersebut selalu menjadi perhatian Indonesia.
Selama keketuaan Indonesia dalam ASEAN, lebih dari 265 kegiatan telah dilakukan dengan para pemangku kepentingan Myanmar untuk mendorong kemajuan implementasi Konsensus Lima Poin. Langkah itu dilakukan demi membantu Myanmar keluar dari krisis.
Diplomasi Indonesia di kawasan terus menunjukkan kontribusinya. Untuk tetap menjaga ASEAN tetap relevan dan menjaga sentralitas ASEAN dalam menavigasi dinamika geopolitik di kawasan.
Dalam diplomasi Indonesia juga berusaha membangun arsitektur kawasan Indo-Pasifik yang inklusif. Hal itu mengedepankan paradigma kolaborasi dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Di tataran multilateral, Indonesia juga terus menyuarakan penguatan sistem multilateral. Termasuk, reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang saat ini dinilai sudah tidak relevan dan tidak menjawab tantangan zaman.
Dalam Presidensi G20 2022, Indonesia menjalankan tugas dengan baik dan menghasilkan proyek kerja sama konkret bagi negara berkembang, di tengah tensi geopolitik yang memanas. Indonesia masih dapat memainkan peran jembatan dengan baik di tengah perbedaan pandangan yang sangat tajam antarnegara.
Indonesia juga terus meningkatkan jumlah pasukan penjaga perdamaian. Pada akhir November 2023, Indonesia menjadi kontributor keenam terbesar pasukan penjaga perdamaian, peningkatan tajam dibandingkan 2014 ketika Indonesia tercatat menjadi kontributor ke-16 terbesar di dunia. Menlu Retno menyebut, sejak 2014, lebih 20 ribu personel telah dikirim ke 13 misi pemeliharaan perdamaian PBB.
Walaupun kehadiran Indonesia sejauh ini cukup positif dalam diplomasi internasional. Banyak diplomasi ini diwakili oleh Menteri Luar Negeri dan utusan khusus, sehingga kurangnya kehadiran Presiden dalam diplomasi luar negeri menjadi perhatian serius dalam bahan diskusi debat calon presiden.