Sekiranya Dunia Perlu Diperebutkan
๐ต๐๐ฆ ๐ด๐๐๐ข๐๐๐โ
Kehidupan di dunia ini sejatinya adalah serangkaian ujian dan cobaan yang untuk menguji sejauh mana keyakinan yang kita pegang teguh, amal yang kita lakukan dan upaya pembuktian dari keyakinan tersebut. Hal semua ini juga harus diikuti oleh kemauan kita untuk terus belajar memperbaiki diri mempelajari agama dalam konteks memaknai proses penciptaan dan keyakinan adanya tuhan yang menguasai alam ini. Dalam kaca mata ini, dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan satu-satunya jalan yang harus dilalui untuk mempersiapkan bekal bagi kehidupan akhirat yang kekal.
Berapa banyak raja-raja tumbang tanpa membawa kononnya kemegahan yang dibuatnya, berapa banyak ambisi-ambisi karam karena tidak datang dari kepahaman terhadap ushul yang hanif, dan berapa banyak kedzaliman dimusnahkan karena berlawanan keadilan. Dinasti-dinasti, bangsa-bangsa, dan berbilang kaum dipergantikan bergiliran karena tidak mampu memanggul amanah untuk berbuat benar, mencegah kemungkaran dan berlaku adil.
Dalam berjuang di dunia, sebaiknya kita memahami bahwa apa yang diperebutkan bukanlah kemewahan ataupun keberhasilan duniawi yang fana, akan tetapi kesempatan untuk melakukan kewajiban ataupun menunaikan amanah yang telah diberikan kepada kita. Masing-masing kita berjalan menurut kadar dan ukurannya. Suami yang menjaga keluarganya, istri yang menjaga harta suaminya, anak yang taat pada orang tuanya. Ada juga di dalam tatanan sosial yang lebih besar seperti pemimpin yang menjaga rakyatnya, pengikut yang taat pada pemimpinnya dan rakyat umum yang taat pada aturan pada negeri yang didiaminya. Kesemua itu dirangkum dalam bingkai ketaatan seorang hamba pada tuhannya. Ketaatan ini adalah upaya untuk mendapatkan ridha tuhan, yang merupakan tujuan yang bahkan lebih utama dari makna kehidupan duniawi yang sementara ini.
Persaingan dalam kehidupan ini, jika dipandang dari lensa yang benar yang disampaikan oleh nabi dan rasulnya, difokuskan pada bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas ibadah dan amal kita dalam kerangka personal, memperjuangkan kebenaran dan mencegah kemunkaran dalam tatanan sosial yang lebih besar. Bukan tentang siapa yang memiliki lebih banyak, tapi tentang siapa yang bisa memberi lebih banyak, siapa yang bisa berbuat lebih banyak kebaikan dan siapa yang paling taat dalam menjalankan perintah-Nya dalam syariat yang diturunkan. Setiap umat di dunia ini yang mengaku beragama dan bernabi telah diberikan tuntunan syariat sesuai dengan zaman dan keadaannya.
“… maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah Allah pinjaman dengan pinjaman yang baik.”
(QS Al-Muzammil : 20)
Kehidupan dunia ini sering kali dipenuhi dengan godaan dan distraksi yang mengarahkan perhatian kita jauh dari tujuan sejati kita. Terlebih lagi sebagai secara naluri kita sebagai manusia memang menyukai pencapaian dan kegemilangan. Pada umumnya sebagai manusia untuk menjaga kepercayaan diri perlu memotivasi dengan pencapaian-pencapaian yang baik. Namun perlu disadari juga, dengan memahami bahwa setiap detik di dunia adalah kesempatan untuk berinvestasi dalam kehidupan akhirat, kita bisa lebih fokus pada apa yang benar-benar penting untuk kita capai dalam hidup di dunia.
Persaingan-saingan yang hanya mengedepankan ambisi yang kemudian melanggar syariatnya adalah satu kesia-siaan. Mengambil kekuasaan dan tidak mau bertanggung jawab atas konsekuensinya malah justru mengantarkan kita ke ancaman yang lebih besar yakni kedzaliman dan kecurangan. Harta dan marwah seseorang telah ditegaskan haramnya oleh nabi Muhammad pada haji wada kecuali dengan cara yang halal seperti perjanjian ataupun jual beli.
“Ujian harta dan kekayaan bagi yang kaya adalah riba, bagi yang mampu adalah berlaku curang dan bagi yang tidak memilikinya adalah mencuri.”
(Bey Abdullah)
Amal-amal yang kita buktikan dalam kehidupan dunia ini menjadi saksi atas keyakinan yang kita pegang. Setiap perbuatan baik, tidak peduli seberapa kecil, merupakan langkah menuju pencapaian ridha ilahi dan sukses di kehidupan yang kekal. Dalam upaya untuk mencapai tujuan ini, pemahaman agama memegang peranan yang sangat penting. Pemahaman agama juga harus diikuti oleh keyakinan yang kuat, karena ujian dan cobaan memiliki banyak bentuk dan beragam. Banyak yang paham dan lancar dalam agama tetapi tidak mampu merealisasikannya dalam keseharian, dalam muamalah transaksi halal dan haram seringnya.
Sekiranya dunia perlu diperebutkan maka perkara yang diperebutkan tersebut harus dapat memberikan faedah yang senilai. Apakah pekerjaan tersebut halal, apakah memberikan nilai tambah dalam ketaatan kita kepada Allah, apakah memberikan manfaat kepada situasi yang dhaif, dan apakah tidak menghalangi kita dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Ketika semua itu terjawab, maka artinya perkara tersebut bukanlah perkara yang akan sia-sia, ataupun menjadi istidraj kepada kita (ujian kesenangan).
Menuntut ilmu agama adalah fardhu ain bagi setiap manusia, untuk mengetahui siapa tuhannya dan syariat yang dibebankan kepadanya. Ketidakpahaman agama bukanlah menjadi aib, tetapi pengabaiannya akan berakibat fatal pada hidup kita. Seberapa banyak di akhir hidup seseorang terjebak dalam ambisi dan kesenangan dalam dunia. Berapa banyak perkara yang kemudian tidak difikirkan secara matang mendatangkan kedzaliman dan kerugian dalam akhirat kita. Semua ini bisa dihindari dengan pemahaman agama yang hanif.
Sekiranya dunia ini perlu diperebutkan, maka itu adalah dalam konteks berlomba-lomba dalam kebaikan, memperjuangkan keadilan, dan berusaha keras dalam mencapai ridha Ilahi. Memang kekayaan itu penting tetapi tidaklah penting kecuali yang memberikan manfaat, dan memang kedudukan itu penting tetapi tidak lah penting kecuali yang dapat menciptakan keadilan. Semoga kita diberikan kemudahan menghadapi dunia.
Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20240326-sekiranya-dunia-perlu-diperebutkan