Site icon Majalah Grak

Bukan Bersaing, Tapi Bersanding: SMA 3 Batusangkar Studi Tiru ke MAN IC Padang Pariaman

Bukan Bersaing, Tapi Bersanding: SMA 3 Batusangkar Studi Tiru ke MAN IC Padang Pariaman

Bukan Bersaing, Tapi Bersandin...

Padang Pariaman (MAN IC) – Pendidikan sejatinya adalah jembatan menuju peradaban. Ia tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga menanamkan karakter, membentuk nilai, dan menumbuhkan integritas generasi. Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, keberadaan dua lembaga besar, Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan bukanlah sebuah arena persaingan, melainkan ruang kolaborasi. Pendidikan madrasah dan pendidikan umum bukan dua kutub yang berlawanan, tetapi dua tangan yang saling menopang, bersama membentuk masa depan bangsa.

Semangat inilah yang terlihat jelas ketika rombongan SMA Negeri 3 Batusangkar melakukan kunjungan studi tiru ke MAN Insan Cendekia Padang Pariaman, Jum’at (17/5). Sebanyak 44 orang, terdiri dari 12 guru dan tenaga kependidikan serta 32 siswa, hadir langsung dipimpin Kepala Sekolah Sumintarto Nurwahyudi.

Kunjungan tersebut disambut hangat oleh Kepala MAN Insan Cendekia Padang Pariaman, Hendrisakti Hoktovianus S.Pd., M.Pd., beserta seluruh wakil-wakil nya di ruang kepala madrasah. Pertemuan pun dilanjutkan di Aula Guru, tempat berlangsungnya sesi dialog dan berbagi pengalaman.

Dalam sambutannya, Sumintarto menyampaikan bahwa kunjungan ini bukan sekadar jalan-jalan institusional. “Kami ingin belajar langsung, seperti apa pengelolaan akademik, sistem asrama, serta sarana dan prasarana yang membuat MAN Insan Cendekia Padang Pariaman bisa melesat menjadi sekolah unggulan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Bukan hanya di bidang akademik, tapi juga robotik, karya tulis ilmiah, dan kegiatan non-akademik lainnya,” ungkapnya.

Gayung bersambut, Hendrisakti Hoktovianus, S.Pd., M.Pd. membuka paparannya dengan satu pernyataan yang menggelitik, “Dua jam tentu tak cukup untuk menceritakan bagaimana membangun madrasah hingga menjadi seperti hari ini.” Namun, ia pun menjelaskan tiga fondasi penting yang ia bangun bersama seluruh sivitas madrasah.

Pertama, performa. “Sekolah yang bagus, harus tampak bagus. Penampilan bukan segalanya, tapi kepercayaan diri siswa dan guru tumbuh dari keyakinan bahwa mereka berada di tempat yang tepat, bukan madrasah kaleng-kalengan,” ujarnya.

Kedua, penempatan SDM. Ia percaya bahwa setiap guru dan pegawai memiliki kecenderungan dan potensi masing-masing. “Menempatkan orang di posisi yang sesuai dengan karakter dan fashion nya akan menghasilkan energi yang luar biasa,” tambahnya.

Ketiga, pembiasaan rohani. Di madrasah ini, kata Hendri, para siswa dibiasakan ‘bertarung di langit, bukan di bumi’. Sebuah metafora tentang kekuatan spiritual dan kekuatan doa dalam membentuk karakter.

Selain memberikan gambaran manajerial dan pendekatan pendidikan, Hendrisakti juga memberikan motivasi kepada para siswa SMA 3 Batusangkar. Ia mengajak mereka untuk tidak mudah menyerah, terus belajar, dan menjadikan hidup sebagai medan pembelajaran tanpa akhir. “Usaha yang sungguh-sungguh akan selalu membuahkan hasil. Dan jika hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka itulah tanda kerugian. Belajarlah sepanjang hayat,” pesannya disambut tepuk tangan para siswa.

Selepas sesi diskusi dan motivasi, kegiatan dilanjutkan dengan agenda yang tak kalah penting: kunjungan lapangan ke berbagai titik di lingkungan MAN Insan Cendekia Padang Pariaman. Rombongan diajak berkeliling menyusuri kompleks pembelajaran yang tertata rapi dan asri.

Mereka mengunjungi ruang kelas berbasis teknologi, laboratorium sains yang menjadi tempat para siswa mengembangkan riset, serta melihat langsung sistem asrama yang mendukung pembentukan kedisiplinan dan kemandirian. Di sela-sela perjalanan, rombongan juga menyaksikan area taman, ruang terbuka hijau, gazebo tempat pembacaan Al-Qur’an, dan fasilitas pendukung seperti taman bungan, kolam ikan, dan tempat pengelolaan sampah. Semua itu membentuk satu ekosistem pendidikan yang hidup, bukan hanya mengajar, tetapi membentuk dan menghidupkan nilai.

Wajah-wajah penasaran para siswa SMA 3 Batusangkar pun berubah menjadi kekaguman. Beberapa di antaranya mengajukan pertanyaan langsung kepada siswa MAN IC yang menjadi pemandu dalam tur tersebut. Interaksi antar pelajar pun terjadi secara alami, mereka saling bertanya, berbagi pengalaman, bahkan bertukar media sosial untuk terus menjalin komunikasi.

Kegiatan ini berakhir menjelang Shalat Jum’at, namun semangat yang ditinggalkannya jauh lebih panjang. Sebuah kunjungan sederhana telah membuka ruang dialog antara dua lembaga pendidikan dari dua kementerian yang berbeda, namun satu dalam semangat: mencerdaskan anak bangsa.

“Semoga silaturahmi ini bukan yang pertama dan terakhir,” ujar Sumintarto saat hendak meninggalkan madrasah unggul itu. “Kami pulang membawa inspirasi dan semangat baru.”

Kunjungan ini mengajarkan satu hal penting: pendidikan tidak mengenal sekat. Madrasah dan sekolah bukanlah dua sisi yang saling menegasikan. Mereka bukan untuk saling menyaingi, tetapi untuk saling menopang. Bukan bersaing, tetapi bersanding. Nda

Artikel Bukan Bersaing, Tapi Bersanding: SMA 3 Batusangkar Studi Tiru ke MAN IC Padang Pariaman pertama kali tampil pada MAN Insan Cendekia Padang Pariaman.

Exit mobile version