Oleh: Bey Abdullah
Setiap orang tua memikul tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak mereka. Tanggung jawab ini mencakup bukan hanya merawat dan memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga membekali anak dengan pengetahuan tentang Tuhan, Nabi, dan agama-Nya. Pemahaman dasar ini adalah pondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim, mengajarkan anak untuk mengenal Allah, Rasul-Nya, dan Al-Quran yang menjadi pedoman hidup. Dengan mengenalkan anak-anak pada konsep tauhid dan iman sejak dini, orang tua memberikan bekal berharga yang akan menuntun mereka di dunia dan kelak di akhirat.
Banyak orang tua di sepanjang perjalanan sejarah yang memberikan perhatian khusus dalam pendidikan agama anak-anak mereka. Sebagai contoh, ibu dari Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama besar dalam mazhab Hanbali, sangat berperan dalam membentuk kepribadian dan ketakwaannya. Setelah ayahnya meninggal, ibunya tetap tegar dan gigih mendukung pendidikan agama Ahmad, meskipun mereka hidup dalam keterbatasan ekonomi. Pengorbanan sang ibu yang ikhlas ini menjadi landasan keberhasilan Ahmad sebagai ulama besar yang kemudian berjasa dalam pengembangan ilmu agama.
Contoh lain adalah ibu dari Imam Syafi’i, yang juga merupakan tokoh besar dalam dunia Islam. Meskipun dalam keadaan sulit, beliau bersedia mengorbankan segalanya demi pendidikan Syafi’i. Ibunya menanamkan kecintaan pada ilmu agama sejak kecil, dan bahkan mengajak Syafi’i pindah ke Makkah agar bisa belajar langsung dari para ulama di sana. Perjuangan ibunya yang penuh kesabaran dan pengorbanan ini menghasilkan seorang anak yang bukan hanya ahli dalam ilmu fiqh tetapi juga seorang pendidik yang banyak membimbing umat.
Mendidik anak juga merupakan salah satu jalan bagi orang tua untuk meraih pahala jariyah. Dalam ajaran Islam, anak yang saleh dan selalu mendoakan orang tuanya akan menjadi amalan yang terus mengalir walaupun orang tua telah meninggal dunia. Maka, berinvestasi dalam pendidikan dan pembinaan karakter anak-anak mereka adalah salah satu bentuk amal jariyah yang paling cerdas dan berkelanjutan. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi orang tua selain melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
Namun, untuk mencapai semua itu, orang tua harus siap untuk berkorban. Pengorbanan ini bisa berupa waktu, tenaga, dan mungkin harta. Orang tua yang bekerja sepanjang hari masih tetap harus menyempatkan waktu untuk mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anaknya. Bahkan dalam kondisi sibuk sekalipun, para orang tua berusaha menjadi teladan yang baik dalam berperilaku dan berakhlak. Mereka tahu bahwa keteladanan adalah salah satu cara paling efektif dalam mendidik, karena anak akan meniru apa saja yang dilihatnya dari orang-orang terdekat.
Anak-anak juga adalah cerminan dari amalan orang tua, sekaligus alat untuk memperpanjang amal baik setelah mereka wafat. Karenanya, orang tua yang bijak akan memandang pendidikan anak bukan sekadar kewajiban, tetapi juga sebagai kesempatan untuk beramal baik. Mengajarkan anak menjadi pribadi yang berguna, mencintai ilmu, dan menghormati agama bukan hanya berdampak pada kehidupan anak itu sendiri, tetapi juga menjadi jalan bagi orang tua untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Selain pengorbanan waktu dan tenaga, orang tua sering kali harus merelakan ambisi atau kesenangan pribadi demi kebaikan anak-anaknya. Mereka mungkin meninggalkan pekerjaan yang menguras waktu atau membatasi keinginan material demi dapat hadir dalam kehidupan anak-anaknya. Pengorbanan ini tentunya sangat tidak mudah, namun akan sangat berarti untuk membentuk masa depan anak yang lebih baik. Setiap pengorbanan yang dilakukan, jika disertai niat yang tulus, akan bernilai pahala di sisi Allah.
Sebagai orang tua, penting untuk menyadari bahwa anak-anak adalah amanah yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Bukan hanya secara materi, tetapi juga batin dan rohani. Memberikan pendidikan yang baik, terutama dalam hal agama, akan membekali anak dengan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang terbesar yang bisa diberikan orang tua, karena kelak anak-anak akan menjadi orang dewasa yang membawa warisan kebaikan dari keluarga mereka.
Pada akhirnya, perjuangan orang tua dalam mendidik anak bukanlah sekadar untuk membentuk generasi baru, tetapi juga untuk keberlanjutan amalan baik yang mereka tinggalkan. Setiap ilmu, akhlak, dan ibadah yang diajarkan kepada anak akan kembali kepada orang tua sebagai pahala dan keberkahan. Maka, dengan menanamkan nilai-nilai agama dan akhlak yang baik, orang tua telah melakukan salah satu investasi paling berharga dalam hidup mereka, yakni memastikan amal baik yang terus mengalir bahkan setelah tiada.
Perjuangan mendidik anak adalah pengorbanan yang berat, tetapi jika dilakukan dengan niat ikhlas, setiap jerih payah yang telah diberikan akan diganjar dengan keberkahan dan kebaikan. Orang tua yang memprioritaskan pendidikan agama bagi anak-anaknya berarti telah menanamkan benih amal jariyah yang akan terus tumbuh dan berbuah, yang kelak akan membawa keberkahan tidak hanya bagi anak, tetapi juga bagi generasi mendatang, biidznillah.
Artikel asli: https://perguruandarulfunun.id/20241114-setiap-anak-yang-terdidik-ada-peran-orang-tua-yang-berjuang