
Oleh: Bey Abdullah
Balimau merupakan tradisi yang berkembang di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, sebagai bentuk penyucian diri menjelang bulan Ramadhan. Budaya ini sepertinya adalah budaya masyarakat sungai dimana banyak aktivitas dilakukan disekitar sungai. Dari aktivitas sehari-hari, hingga festival perayaan dan acara-acara khusus lainnya. Selain itu sebagai masyarakat sungai budaya ini adalah bentuk pelestarian identitas budaya. Ditengah-tengah kemajuan dan perubahan pusat aktivitas dari sungai ke daratan, tentu budaya ini akan ada penyesuaian, sehingga beberapa mitos-mitos keharusan dari budaya balimau ini menarik untuk ditelaah lebih lanjut.
Budaya ini kemungkinan besar muncul dari kebiasaan membersihkan diri sebagai persiapan memasuki bulan suci, terutama ketika mandi dan bersuci belum menjadi kebiasaan rutin seperti saat ini. Pada masa lalu, mandi setiap hari, baik pagi maupun sore, atau melakukan penyucian hadas mungkin belum menjadi praktik umum bagi masyarakat. Sehingga, balimau menjadi sarana untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya kebersihan fisik sebelum menjalani ibadah puasa. Dalam perspektif Islam, konsep penyucian diri ini sebenarnya telah diperkenalkan melalui thaharah, yang meliputi wudhu sebelum shalat dan mandi wajib ketika diperlukan.
Seiring perkembangan zaman, tradisi balimau mulai mengalami pergeseran makna. Awalnya dilakukan dengan niat menyucikan diri, kini bagi sebagian orang, balimau lebih menjadi ajang rekreasi atau jalan-jalan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Tak jarang, kegiatan ini dilakukan secara berlebihan, seperti mengunjungi tempat wisata yang penuh sesak, mandi di sungai atau pemandian umum tanpa memperhatikan batasan syariat, atau bahkan bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Pergeseran ini membuat balimau lebih terkesan sebagai budaya yang kehilangan esensi spiritualnya dan kepentingannya, terlebih saat ini banyak rumah sudah memiliki kamar mandi tersendiri.
Dalam Islam, kebersihan adalah bagian dari iman, namun membersihkan diri tidak harus dilakukan dengan cara yang dapat melanggar batasan syariat. Islam sangat menekankan konsep keseimbangan dalam menjalankan tradisi dan ibadah. Salah satu batasan utama dalam balimau adalah menghindari ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan yang bukan mahram) yang dapat menimbulkan fitnah. Selain itu, berpakaian yang tidak menutup aurat ketika mandi di tempat umum juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, jika ingin tetap melakukan balimau, hendaknya dilakukan dengan tetap memperhatikan adab dan aturan Islam, tanpa melanggar norma kesopanan dan akidah.
Islam juga tidak menetapkan balimau sebagai syarat dalam menyambut Ramadhan. Tidak ada dalil dalam Al-Qur’an maupun hadis yang mewajibkan umat Islam untuk mandi khusus sebelum Ramadhan. Yang lebih dianjurkan dalam Islam adalah memperbanyak ibadah seperti taubat, istighfar, berzikir, serta memperbaiki hubungan dengan sesama. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak menganggap balimau sebagai ritual wajib, melainkan hanya sebagai kebiasaan yang boleh dilakukan jika tidak melanggar syariat.
Melihat keadaan sekarang, perlu ada jalan tengah yang tidak menyulitkan atau menyiksa diri. Lebih baik mempersiapkan diri dan keluarga untuk ibadah puasa Ramadhan dengan cara yang lebih bermanfaat, seperti menyediakan bahan makanan secukupnya untuk Ramadhan, merapikan rumah agar nyaman untuk ibadah, serta mempersiapkan perlengkapan ibadah seperti mushaf Al-Qur’an, sajadah, dan pakaian yang bersih. Jika ingin menghabiskan waktu dengan keluarga, cukup dengan bersilaturahmi atau berkumpul sebelum Ramadhan, tanpa harus datang ke pemandian umum, sungai, atau tempat wisata yang penuh sesak.
Daripada hanya fokus pada mandi balimau, lebih baik umat Islam menggunakan waktu sebelum Ramadhan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Membiasakan diri dengan tilawah Al-Qur’an, memperbanyak sedekah, serta memperbaiki niat dan hati agar Ramadhan dapat dijalani dengan lebih khusyuk dan penuh keberkahan. Jika pembersihan diri secara fisik diperlukan, cukup dengan mandi biasa di rumah tanpa harus melakukan ritual khusus yang tidak memiliki dasar dalam Islam ataupun mengaitkannya sebagai syariat dalam Islam.
Dengan begitu umat Islam dianjurkan untuk lebih memprioritaskan persiapan spiritual dan ibadah menjelang Ramadhan. Ramadhan adalah momen istimewa yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri, dan meningkatkan ketakwaan. Oleh karena itu, persiapan yang dilakukan menjelang Ramadhan hendaknya benar-benar mendukung tujuan utama mempersiapkan diri dalam memasuki Ramadhan. Jangan pula kita baru memanaskan mesin dan mempersiapkan diri saat sudah memulai bulan Ramadhan.
Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/aqidah/waswas-budaya/20250216-muslim-dan-tradisi-budaya-balimau