Oleh: Bey Abdullah
Hikmah dalam Islam adalah konsep yang sangat mendalam, merujuk pada kebijaksanaan yang terhubung erat dengan ilmu dan pemahaman yang mendalam. Dalam Al-Quran, hikmah sering dihubungkan dengan pengetahuan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih. Hikmah bukan sekadar ilmu yang bersifat teknis atau pragmatis, tetapi ilmu yang menyentuh inti dan falsafah kehidupan. Ilmu ini diperoleh melalui proses belajar yang intensif dan mendalam, serta dengan hati yang ikhlas.
Fitrah manusia adalah keadaan alami yang diciptakan Allah dalam diri setiap individu. Secara fitrah, manusia cenderung kepada kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Ketika manusia menjaga dan mempertahankan fitrah ini, ia akan menjalani hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dalam hal ini, hikmah berperan sebagai cahaya yang membimbing manusia untuk tetap berada di jalan yang benar. Hikmah membantu manusia membedakan antara yang benar dan salah, serta memberikan kebijaksanaan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Kebenaran dan hikmah memiliki hubungan yang sangat erat dengan fitrah manusia. Fitrah ini memunculkan dorongan alami untuk membenarkan yang benar, menjaga kebenaran, dan berkomitmen pada nilai-nilai kebenaran. Hikmah menjadi alat penting untuk menjalankan dorongan tersebut, karena dengan hikmah, manusia dapat memahami esensi kebenaran secara mendalam. Tanpa hikmah, manusia rentan tergelincir dari fitrah dan mudah dipengaruhi oleh godaan duniawi.
Namun, mendekatkan diri kepada kebenaran dan hikmah adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Perjalanan ini sering kali menuntut pengorbanan yang besar, baik berupa waktu, tenaga, maupun kenyamanan hidup. Menjaga fitrah membutuhkan keberanian untuk melawan arus yang bertentangan dengan kebenaran. Hikmah membantu manusia bertahan dalam ujian-ujian ini dengan memberikan pandangan yang bijaksana dan pemahaman yang luas.
Orang-orang yang menemukan hikmah akan memiliki pandangan hidup yang berbeda. Mereka tidak lagi terpaku pada hal-hal kecil atau teralihkan oleh persoalan remeh. Dalam sebuah pepatah hikmah dikatakan, “Orang bijak tidak akan membuang waktunya untuk menghadapi pencuri.” Maksudnya, orang yang telah memahami esensi kebenaran tidak akan membuang energi untuk hal-hal yang tidak bernilai atau tidak relevan dengan tujuan hidupnya. Mereka memilih untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan abadi.
Fitrah manusia juga menuntut keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari memegang teguh kebenaran. Dalam sejarah Islam, kita melihat banyak contoh para nabi, ulama, dan cendekiawan yang harus menghadapi tantangan besar karena memilih untuk tetap di jalan kebenaran. Mereka tidak hanya menjaga fitrah diri mereka sendiri, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Hikmah, sebagai bagian dari ilmu, mengajarkan manusia untuk tidak hanya mengejar kebenaran tetapi juga memanfaatkannya untuk tujuan yang mulia. Ilmu yang disertai hikmah membantu manusia memahami hakikat kehidupan dan mengaplikasikannya dalam berbagai aspek. Dengan hikmah, manusia dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan berdampak, sekaligus menjaga fitrah mereka dari pengaruh negatif yang merusak.
Upaya menjaga fitrah dengan hikmah memerlukan konsistensi dan dedikasi. Seorang manusia yang ingin mendekatkan diri pada hikmah harus terus belajar, merenung, dan mempraktikkan ilmu yang dimilikinya. Ia juga harus menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak fitrahnya, seperti kebodohan, hawa nafsu, dan perbuatan zalim. Hikmah menjadi pemandu utama yang menjaga manusia agar tetap berada di jalur fitrahnya.
Akhirnya, menjaga fitrah manusia adalah tanggung jawab setiap individu untuk tetap dekat dengan kebenaran dan kebijaksanaan. Dengan hikmah, manusia tidak hanya memperkuat hubungan mereka dengan Allah, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kehidupannya di dunia. Hikmah menjadi cahaya yang menerangi jalan mereka, membantu mereka menjalani hidup dengan nilai-nilai yang benar, dan menjaga mereka tetap dalam fitrah yang diciptakan Allah.
Artikel asli: https://perguruandarulfunun.id/20241120-menjaga-fitrah-manusia-dengan-hikmah