Site icon Majalah Grak

Mengkordinasi Keberkahan Allah dengan Kepemimpinan

Mengkordinasi Keberkahan Allah dengan Kepemimpinan

Mengkordinasi Keberkahan Allah dengan Kepemimpinan

Segala puji bagi Allah, tuhan Yang Maha Adil, yang menetapkan dengan sempurna kebaikan dalam setiap takdir-Nya. Shalawat serta salam kepada pemimpin yang adil, penutup para nabi, rasulullah Muhammad, serta para sahabat dan siapa yang meneladaninya hingga hari kiamat.

Amal yang dituntut dalam ibadah manusia bukan hanya menjalankan kewajiban pribadi, tetapi juga melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Perintah ini bukan hanya tugas individu, tetapi merupakan tanggung jawab yang harus dilakukan secara berjamaah. Setiap Muslim wajib memulai amar ma’ruf nahi munkar dari dirinya sendiri, dengan memperbaiki diri dan keluarganya terlebih dahulu sebelum memperbaiki orang lain. Namun, ada banyak aspek dalam kehidupan yang tidak bisa dijalankan sendirian. Di sinilah peran kepemimpinan menjadi sangat penting untuk mengoordinasikan kebaikan dalam skala yang lebih luas.

Kepemimpinan dalam Islam bukan hanya tentang mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, tetapi lebih dari itu, kepemimpinan adalah seni mengoordinasikan berbagai sumber daya yang berbeda agar tercapai tujuan yang lebih besar dan lebih bermanfaat bagi umat. Sebuah masyarakat yang dipimpin dengan baik akan lebih mudah menjalankan amar ma’ruf nahi munkar secara sistematis, sehingga keberkahan Allah dapat diraih secara optimal.

Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Kepemimpinan dalam Islam bersifat fardhu kifayah, yang berarti jika sudah ada orang yang menjalankannya dengan baik, maka yang lain tidak wajib untuk mengisi kekosongan posisi tersebut. Oleh karena itu, tidak pantas seorang Muslim berebut kepemimpinan yang sudah ada, apalagi dengan melakukan kudeta atau tindakan yang dapat menimbulkan fitnah perpecahan di tengah umat terlebih mendzalimi orang lain. Seorang Muslim yang memahami hakikat kepemimpinan tidak akan sibuk mencari kekuasaan, tetapi justru akan berfokus pada bagaimana membantu kepemimpinan yang sudah ada untuk semakin menegakkan keadilan dan kebaikan.

Kerasnya Rasulullah dalam bab persatuan umat sehingga bersabda untuk mereka yang saling berebut kepemimpinan: “Jika ada dua orang yang diangkat sebagai pemimpin dalam satu wilayah, maka bunuhlah salah satu dari keduanya.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa Islam menekankan pentingnya kesatuan dalam kepemimpinan dan melarang adanya perebutan kekuasaan yang dapat menimbulkan kekacauan. Pemimpin sejati adalah mereka yang tidak mencari jabatan untuk kepentingan pribadi, tetapi mencari cara agar amar ma’ruf nahi munkar bisa dilakukan secara lebih efektif dan terkoordinasi.

Kepemimpinan bukanlah sekadar memimpin dan memberikan perintah, tetapi mencari amal prioritas yang tidak dapat dilakukan secara individu. Misalnya, membangun sistem pendidikan Islam yang kokoh, menegakkan keadilan sosial, dan menjaga keamanan masyarakat merupakan tugas yang membutuhkan koordinasi dan kepemimpinan yang kuat. Tanpa kepemimpinan yang baik, amal-amal besar ini tidak akan dapat terlaksana dengan efektif.

Dalam Islam, kepemimpinan bukanlah alat untuk mencari kehormatan dunia, tetapi sarana untuk mengoptimalkan keberkahan Allah secara berjamaah. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mengarahkan umat kepada kebaikan dengan adil, bijaksana, dan mengutamakan kemaslahatan bersama.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)

Kepemimpinan yang baik akan menghasilkan masyarakat yang berorientasi pada kebaikan, di mana setiap orang merasa bertanggung jawab untuk menjalankan amar ma’ruf nahi munkar sesuai kapasitasnya. Dalam masyarakat seperti ini, keberkahan Allah akan turun, sebagaimana janji-Nya kepada umat yang bertakwa dan bersyukur.

Umat Islam harus memahami bahwa kepemimpinan bukan hanya soal administrasi dan pengaturan politik, tetapi lebih kepada bagaimana memastikan bahwa seluruh sistem yang ada berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Keberkahan suatu negeri tidak diukur dari kemajuan materi semata, tetapi dari sejauh mana negeri tersebut menegakkan syariat Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Sebagai umat yang menginginkan keberkahan, kita harus mendukung kepemimpinan yang membawa umat kepada kebaikan, bukan merusak atau menentang kepemimpinan yang sah. Jika ada kekurangan dalam kepemimpinan, maka tugas kita adalah memberi nasihat dengan cara yang baik, bukan menciptakan perpecahan yang justru melemahkan kekuatan umat. Kritis dalam tahap tertentu adalah sebuah kenormalan, tetapi tidak mencapai pengkhiatanatan dan kudeta.

Dengan pemahaman yang benar tentang kepemimpinan, umat Islam akan lebih fokus pada bagaimana membangun peradaban yang diberkahi oleh Allah SWT, di mana setiap individu dan pemimpin berkontribusi sesuai dengan peran dan kapasitasnya. Dengan demikian, amar ma’ruf nahi munkar dapat dilakukan secara optimal, dan umat Islam dapat hidup dalam lingkungan yang penuh keberkahan dan ridha Allah.

Semoga kita semua diberikan pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan dalam Islam, sehingga kita mampu berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik, teratur, dan penuh dengan nilai-nilai Islam. Aamiin.

Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20250316-mengkordinasi-keberkahan-allah-dengan-kepemimpinan

Exit mobile version