Site icon Majalah Grak

Mengamalkan Isi Al-Quran Lebih Sulit Dari Menghafalnya

Mengamalkan Isi Al-Quran Lebih Sulit Dari Menghafalnya

Mengamalkan Isi Al-Quran Lebih Sulit Dari Menghafalnya

buses on street

Sebuah hadits yang berbunyi, sebaik-baik kamu ialah mereka yang belajar al-Quran dan mengajarkannya. (Bukhari)”, merupakan pengingat (itibar) bagi setiap muslim untuk tidak hanya membaca, tetapi juga mengajarkan bahkan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Hadits ini menekankan bahwa keberkahan yang nyata akan diraih oleh orang yang menjalankan perintah Allah sebagaimana tercantum dalam kitab-Nya.

Dalam al-Quran juga disebutkan: “Dan demi sesungguhnya! Kami telah memudahkan al-Quran untuk menjadi peringatan dan pengajaran, maka adakah sesiapa yang mahu mengambil peringatan dan pelajaran (daripadanya).” (Surah al-Qamar: 17)

Membaca Al-Qur’an dalam konteks ini bukanlah sekadar melafalkan huruf-huruf atau menyelesaikan hafalan, melainkan memahami dan lebih jauh lagi adalah menginternalisasi maknanya dalam karakter sehari-hari. Dengan membaca Al-Qur’an, seseorang membuka pintu pengetahuan yang mengajarkan tentang kebenaran, keadilan, serta petunjuk hidup yang harus diikuti. Proses membaca ini harus disertai dengan refleksi mendalam agar setiap ayat yang dibaca dapat meresap ke dalam hati dan pikiran, sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an berarti menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya ke dalam praktik kehidupan. Ini meliputi menjalankan perintah-perintah Allah, menghindari larangan-Nya, dan senantiasa berusaha mengembangkan nilai-nilai kebaikan. Pengamalan tersebut tidak hanya bersifat ritual, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, tetapi juga mencakup amal sosial, kejujuran, kesabaran, serta sikap adil dan bijaksana dalam bermuamalah. Dengan demikian, setiap tindakan yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an akan membentuk karakter yang mulia.

Manfaat mengamalkan isi Al-Qur’an adalah sangat besar, tidak hanya untuk kehidupan di dunia, tetapi juga menjadi syafaat di akhirat. Hadits lain juga menyebutkan “Seseorang yang tidak mempunyai sebarang al-Quran pun di dalam hatinya adalah seumpama sebuah rumah kosong (yang dibiarkan usang) (at-Tirmizi).” Kemudian menjadi pertanyaan, bagaimana seseorang bisa memiliki nilai-nilai dari al-Quran didalam hatinya, sedangkan membaca dan merenungkan isinya al-Quran saja tidak dilakukannya. Tentunya hal tersebut tidak sejalan, karena untuk memaknai al-Quran yang pertama kali harus dilakukan adalah membaca dalam artinya mengetahui isinya, baik mengetahui makna ketika membaca dalam bahasa arab atau membaca terjemahnya.

Selain perkara ubudiyah bernilai pahala dalam membacanya, hadits diatas menggambarkan orang yang membaca dalam konteks memaknai dan mengamalkan isi al-Quran artinya adalah orang yang berisi. Ini adalah motivasi besar menjadi ulul albab (veri manusia terbaik dari dirinya) bagi setiap muslim untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang utuh. Manusia yang mengetahui kebenaran mudah menerima dan menyampaikan kebenaran, bahkan jika dijadikan pemimpin ataupun hakim dia akan dapat memberikan rasa aman dan keadilan. Ini lah hakikat yang utama dari pemaknaan isi al-Quran, yakni bermanfaat secara konteks sejalan dengan apa-apa yang diharapkan Tuhan kepada hambanya.

Salah satu manfaat penting dari membaca dan mengamalkan Al-Qur’an adalah kemampuan untuk membedakan antara yang halal dan haram. Ayat-ayat Al-Qur’an dengan jelas menyebutkan apa yang diperbolehkan dan dilarang. Dengan membaca Al-Qur’an secara mendalam, seorang muslim akan mendapatkan pemahaman yang kuat mengenai aturan-aturan syariat, sehingga dapat menghindari perbuatan dosa dan memastikan setiap tindakannya selaras dengan kehendak Allah. Pengetahuan ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga keimanan dan kesucian hati, tetapi juga menciptakan keadilan dan menjaga kebenaran tetap relevan ditengah-tengah masyarakat.

Lebih jauh lagi, pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur’an mendorong seorang muslim untuk melaksanakan prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Prinsip ini mengajarkan untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, yang merupakan implementasi nyata dari inti sari ilmu pengetahuan (hikmah) yang telah dipahami melalui Al-Qur’an. Orang yang mengetahui kebenaran wajib mengamalkannya dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, pengamalan Al-Qur’an membentuk karakter yang pro-aktif dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat.

Pada akhirnya, himbauan ini tidak hanya mendorong setiap muslim untuk membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, tetapi juga sebagai pengingat bahwa ibadah yang tulus untuk Allah SWT (lillahi taala) adalah keimanan hakiki bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan menanamkan kebiasaan membaca Al-Qur’an, memahami isinya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga membentuk generasi yang kuat, tangguh menghadapi realita kehidupan dan berakhlak mulia. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang senantiasa menghidupkan ajaran Al-Qur’an dan meraih keberkahan yang abadi.

wallahu’alam

Artikel asli: https://perguruandarulfunun.id/20250206-mengamalkan-isi-al-quran-lebih-sulit-dari-menghafalnya

Exit mobile version