* Tan Abdullah A Afifi ST MT, Pimpinan PPM Perguruan Darulfunun dan juga alumni MAN Insan Cendekia Serpong angkatan ke-5, berdialog langsung dengan pak Habibie tentang pengembangan SDM Indonesia bersama ILC (IAIC Learning Center). Saat ini aktif mendorong inovasi pendidikan di Sumatera Barat, khususnya Payakumbuh dan Lima Puluh Kota.
Payakumbuh (16/04), MAN Insan Cendekia Serpong kembali menjadi peringkat pertama dari daftar 1000 sekolah terbaik versi LTMPT Kemdikbud berdasarkan nilai UTBK 2022.
Banyak orang tua yang mencari-cari pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya, tidak jarang di sekitar tahun 1980-1990 an sebagian masyarakat bahkan tidak jarang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah terbaik di kota-kota tersebut yang tidak jarang adalah swasta kristen karena bagusnya pembelajaran di sekolah tersebut.
Pada dasarnya orang tua ingin menjatuhkan pilihan SMA yang berbasis pendidikan Islam, tentunya orangtua berharap kelak anaknya selain pandai ilmu keduniawian juga pandai dalam ilmu keagamaan. Akan tetapi metode pembelajaran yang monoton dan kurangnya visi dalam pengembangan karir siswa yang riil menjadi salah satu keengganan orang tua untuk mengirimkan anak-anaknya ke sekolah tersebut.
Kondisi tersebut menjadikan sekolah-sekolah Islam harus berbenah cepat, walaupun memakan waktu hampir 10-20 tahun, beberapa sekolah Islam mulai bermunculan. Dimulai dari pengembangan sekolah model yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah di Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah. Pengembangan model sekolah ini juga adalah laboratorium pengembangan kurikulum dan metode belajar yang dilakukan oleh Fakultas Tarbiyah dari Universitas yang sama.
Walaupun begitu model pengembangan sekolah tingkat SMA masih belum memberikan hasil yang signifikan, hingga munculnya pengembangan sekolah model (magnet school) yang digagas oleh BPPT dan ICMI yang bernama SMU Insan Cendekia dibawah arahan langsung bapak BJ Habibie. Lokasi pengembangan sekolah ini berada di dua tempat, yang pertama adalah di Serpong dekat dengan Puspitek Serpong dan yang kedua adalah di Gorontalo, memanfaatkan hibah tanah dari keluarga BJ Habibie.
Angkatan pertama sekolah ini hanya berjumlah 1 kelas kurang dengan siswa dari berbagai Pondok Pesantren pada tahun 1996. Kemudian pada tahun 2001 pengelolaan sekolah ini dialihkan kepada Kementerian Agama, dan kemudian menjadi MAN Insan Cendekia.
Setidaknya menurut penulis MAN Insan Cendekia telah memberikan satu revolusi besar dari sistem pengelolaan Pendidikan Islam yang didasari kepada:
- Sistem good governance, manajemen yang rapi
- Input siswa yang terselektif, kemampuan siswa yang cocok untuk sistem pembelajaran di MANIC
- Orang tua yang terselektif, orang tua yang percaya dan siap dengan konsekuensi pembelajaran di MANIC, termasuk dalam hal pembiayaan.
- Guru-guru yang siap, fokus dan berdedikasi dengan sistem pembelajaran di MANIC.
- Support system yang juga siap.
- Birokrasi yang independen, tidak mudah di intervensi oleh birokrasi walaupun dibawah kelembagan pemerintah.
- Fasilitas yang memadai
- Partisipasi kompetisi yang terselektif dan terstandarisasi tinggi
- Berasrama penuh, full boarding.
- dan lain sebagainya
Dengan pola pengembangan pembelajaran yang berasrama, kegiatan-kegiatan siswa dan guru lebih terfokus untuk mengejar visi dari sekolah, dan tidak mudah tersibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan sekolah ataupun pembelajaran. Dan yang tidak kalah penting adalah konsistensi dengan cara metode pembelajaran dan visi dari pengembangan pembelajaran.
Hasil dari pendekatan pengembangan pembelajaran MAN Insan Cendekia alhamdulillah sampai saat ini masih menjadi salah satu inspirasi bakal standarisasi pengembangan kurikulum Madrasah Nasional bersama sekolah-sekolah agama berprestasi lainnya. Tidak dipungkiri dalam kurun waktu 2 dekade belakangan ini, MAN Insan Cendekia telah menjadi model baru pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia.
Kita harapkan semakin banyak institusi-institusi pendidikan yang terinspirasi dan juga tidak kalah penting yang mampu memberikan alternatif pendidikan berkualitas kepada masyarakat, sehingga masyarakat yang maju adalah masyarakat yang beradab.
Tentunya masih banyak lagi pendekatan-pendekatan yang lebih detail yang dilakukan oleh MAN Insan Cendekia yang belum mampu penulis ulas dalam tulisan ini. Semoga dapat dilanjutkan dalam kesempatan berikutnya. Penulis juga menyampaikan takzim dengan seluruh civitas dan guru-guru di MAN Insan Cendekia yang pantang berputus asa dalam mendidik, semoga Allah beri ganjaran pahala yang berlipat ganda.