Wanita diciptakan untuk ikut berbagi manis dan pahitnya kehidupan bersama seorang pria, agar dia menjadi tempat berlindung bagi pria, serta tempat pria menyampaikan deritanya, dan mengadukan kesulitan yang dihadapi dalam pekerjaan atau ketika melaksanakan sebuah tugas. Dengan kasih sayang dan kelemah-lembutan wanita, manusia dapat mengatasi semua pekerjaanya. Dengan demikian, wanita adalah penasihat pertama bagi manusia, sekaligus menjadi pendidik, dan tempat belajar sebelum seseorang mengenal berbicara.
Wanitalah yang menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan sifat-sifat terpuji pada diri manusia sehingga dia menjadi orang yang terpandang dan pemberani. Seorang ibu bisa saja menjadikan anaknya sebagai seorang raja yang penyayang atau setan yang terkutuk, sebab dialah yang senantiasa bersama anaknya sejak kecil. Seorang anak akan meniru segala tindak-tanduk ibunya. Banyak sekali pakar mengembalikan sebab kejeniusan dan kehebatan mereka kepada kaum ibu. Seorang cendekiawan Barat menyampaikan, “Jalan wanita yang baik bertabur kembang yang tumbuh di belakang langkah-langkahnya, bukan di depannya.” Para pelaku tindak kriminalitas dan para pembunuh menisbatkan alasan mereka melakukan pembunuhan kepada kaum ibu yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan-tindakan dosa dan kejahatan. Napoleon bonaparte pernah berkata, “Seorang ibu menggoyang ayunan dengan tangan kanannya dan dunia dengan tangan kirinya.”
Ibu yang baik akan melahirkan keluarga yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa, mengangkat derajatnya, menciptakan kebahagiaan, serta kemakmuran yang pesat bagi tanah airnya. Ibulah yang membentuk anak di dalam binaannya serta membesarkan anak sesuai dengan akhlak dan tabiatnya. Ibu adalah rujukan seorang anak sejak usia dini. Sementara ibu yang jahil atau bodoh akan menggiring keluarganya jatuh ke jurang kehinaan, serta menjadi penyebab hancur dan binasanya keluarga. Tidak mustahil dia akan memberi anaknya obat-obatan berbahaya yang berakibat pada kematian anaknya. Di rumah dia mendidik anaknya dengan pendidikan yang tidak berguna sehingga seorang anak tumbuh menjadi beban masyarakat.
Agar tanaman kita tumbuh dengan segar, enak dipandang, dan berbuah ranum, maka tanaman itu haruslah bersih serta jauh dari noda dan kotoran. “kebersihan” pendidikannya janganlah sampai dikotori oleh apa pun itu. tidak ada gunanya “kembang beracun” meskipun hartanya banyak dan kecantikannya luar biasa.
Benar, seorang wanita yang tidak mengenal arti keikhlasan dan kesetiaan hakiki tidak pantas dijadikan istri. Wanita yang paling baik adalah wanita yang jika kamu pandang menyenangkan, jika diperintah patuh kepadamu, serta jika kamu tidak berada di sisinya, dia akan menjaga hartamu yang ada padanya dan kehormatannya. Rasulullah saw bersabda :
لَا تَنْكِحُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ ؛ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ ، وَلَا تَنْكِحُوهُنَّ عَلَى أَمْوَالِهِنَّ ؛ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ يُطْغِيَهُنَّ ، وَانْكِحُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ ، وَلَأَمَةٌ سَوْدَاءُ خَرْمَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
“Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya itu merusak mereka dan janganlah pula menikahi wanita karena harta-harta mereka, karena bisa jadi hartanya menjadikan mereka durhaka. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya, seorang wanita budak berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah lebih utama dari mereka.” (HR Ibnu Majah).
Seorang suami haruslah memperhatikan budi pekerti istrinya sebelum memperhatikan kecantikan dan hartanya. Siapa tahu kesenangan sesaat akan membawa penderitaan yang berkepanjangan. Yang paling pantas dicari adalah istri yang saleh dan beragama. Rasulullah saw bersabda:
عن أبي هريرَةَ رضي الله عنه عن النّبِيِّ صلّى الله عليه وسلّم قالَ: تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاك
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat.” (HR. Bukhari Muslim).
Seorang wanita haruslah mempelajari cara-cara memasak dan mengurus rumah tangga. Sebab kewajiban rumah tangga yang paling penting sekali dikerjakan sendiri oleh wanita adalah menyediakan makanan untuk suaminya sehingga suaminya selalu merindukan rumah. Jika istri sebagai kepala rumah tangga, pandai mengatur rumahnya dengan baik, dan mampu menjadikannya sebagai tempat peristirahatan yang tenang bagi suaminya. Maka, suaminya akan selalu merindukan rumahnya, sebagaimana rindunya orang rantauan kepada kampung halamannya dan sebagaimana rindunya tawanan pada kebebasannya. Jika seorang laki-laki (suami) selalu merindukan rumahnya, dia akan selalu giat bekerja, dan bersungguh-sungguh menggapai kemajuan sehingga dapat membahagiakan seseorang (istrinya) yang telah membuatnya bahagia. Jika kaum laki-lakinya maju, secara keseluruhan bangsa akan maju pula. Tidak perlu dijelaskan lagi bahwa ilmu kesehatan adalah suatu bidang yang sangat penting skali dimiliki oleh seorang wanita/istri, sebagaimana pentingnya garam bagi makanan. Istrilah yang akan menjaga suami dan anak-anaknya jika mereka sakit. Begitu pula dalam penyediaan makanan dan tempat tinggal yang layak.
Setiap wanita yang mempunyai kendali agama dan selalu mendorongnya untuk mengerjakan amal saleh, insya Allah akan menjadi istri yang setia dan pendukung pembangunan bangsanya, sebab di balik keselamatan keluarga terdapat rahasia keselamatan bangsa. Jika keluarga tersebar luas, kehidupan rumah tangga teratur, berbagai macam sarana tersedia, dan segala arah yang merintangi jalan sudah disingkirkan. Pada saat itu bangsa akan mencapai kebahagiaan, keturunan akan bertambah banyak, serta bangsa akan bergerak ke arah kebangkitan, dan kemajuan. Negara akan memiliki putra-putri yang tegas dan kuat serta berguna, pada saat susah dan menderita atau dalam segala kondisi yang ada. Mereka akan siap memenuhi panggilan negara pada saat genting, sekaligus membela dan mempertahankannya pada saat kritis.