Kelompok ahli independen dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk keras penghancuran sistematis terhadap sistem pendidikan Palestina oleh Israel di tengah konflik yang terus berlangsung di Jalur Gaza. “Dengan kondisi lebih dari 80% sekolah di Jalur Gaza yang rusak atau hancur, sangat mungkin terdapat usaha yang disengaja untuk menghancurkan pendidikan di Palestina, atau yang disebut ‘skolastisida’,” ujar kelompok ahli tersebut pada Kamis (18/4).
Istilah ‘skolastisida’ merujuk pada pemusnahan terencana sistem pendidikan melalui penangkapan dan pembunuhan guru, siswa, dan staf sekolah, serta penghancuran fasilitas pendidikan. Kelompok ahli mendesak Israel agar menghormati hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, serta memastikan perlindungan bagi lembaga pendidikan, guru, dan murid.
“Kami juga mengingatkan Israel tentang kewajibannya untuk mematuhi putusan sementara dari Mahkamah Internasional (ICJ) yang dikeluarkan pada 26 Januari,” tambah kelompok tersebut. Para ahli PBB, termasuk pelapor khusus untuk hak atas pendidikan dan untuk situasi di wilayah Palestina yang diduduki sejak 1967, menggarisbawahi dampak buruk jangka panjang dari penghancuran sistem pendidikan Gaza.
“Serangan yang tak henti-henti dan brutal oleh Israel terhadap infrastruktur pendidikan di Jalur Gaza akan berdampak dahsyat jangka panjang pada hak dasar setiap individu untuk belajar dan berekspresi secara bebas,” mereka menekankan. Dampak tersebut juga mengancam masa depan generasi muda Palestina.
“Ketika sekolah-sekolah diratakan, mimpi dan aspirasi pun ikut hancur,” ungkap tim ahli. Mereka juga mencatat bahwa serangan Israel tidak hanya merusak sekolah, tapi juga 195 situs warisan sejarah, 227 masjid, dan 3 gereja. Universitas Israa, yang merupakan kampus terakhir yang belum terkena dampak konflik, hancur pada 17 Januari.
Lebih lanjut, serangan tersebut menghancurkan Gedung Arsip Pusat Gaza yang menyimpan dokumen sejarah kawasan selama 150 tahun. Tanpa keamanan yang memadai di sekolah, perempuan dan anak perempuan di Gaza semakin terancam akan kekerasan gender.
“Serangan ini bukan merupakan insiden terisolasi, tetapi merupakan bagian dari pola yang sistematis yang bertujuan untuk menghancurkan fondasi masyarakat Palestina,” pungkas kelompok ahli PBB.
Sumber: OANA